Oleh : Setiyono
Ketika
penulis membaca buku Never Give Up karya Elie Muryadi, penulis menemukan cerita
yang sangat menarik, cerita ini adalah karya GW Burns seorang pendongeng barat,
sangat inspiratif dan tepat untuk dijadikan refleksi bagi orang-orang yang selama
ini tidak pernah siap dengan kehilangan.
Demikian
kisahnya, ada seorang lelaki yang berjalan tak tentu arah dan membawa rasa
putus asa. Semua karena beratnya beban
kehidupan yang dialami dirinya dan keluarganya selama ini. Ia kesulitan secara
finansial, sehingga menyebabkan terpuruknya kondisi kehidupan keluarga.
Sementara tetangganya sibuk membeli barang-barang mewah untuk mengisi rumah
mereka, dan ia masih sibuk memikirkan kebutuhan sehari-hari untuk keluarganya.
Anak-anaknya sudah lama tidak memiliki pakaian baru, karena memang ia belum
sanggup membelikan. Istrinya juga sering marah-marah karena ia tak mampu
membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Sehingga hal ini membuat dirinya
berada dalam tingkat keputusasaan yang tinggi dan membuatnya berjalan tak tentu
arah walau sesekali dia mengharabkan agar diperjalanannya nanti ia akan
mendapatkan sesuatu yang berharga untuk bisa mengurangi beban keluarganya.
Ketika
diperjalanan, ia menemukan sebuah koin kuno yang sudah sangat usang dan
penyok-penyok. Karena ia sangat terdesak dengan kebutuhan hidup, maka koin
tersebut ia bawa ke Bank dengan maksud untuk di tukarkan. Namun ternyata pihak
bank tidak bisa menerima koin itu karena memang sudah tidak berlaku lagi, dan
ia di sarankan untuk membawa koin tersebut kekolektor. Mendapatkan saran yang
demikian, maka ia benar-benar pergi kekolektor dan beruntung si kolektor mau
menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Ia
begitu gembira dan mulai berfikir untuk melakukan sesuatu dengan rejeki yang
didapatkannya. ketika melewati toko perkakas, ia melihat beberapa lembar kayu
sedang diobral. Karena ia terfikir akan keinginan istrinya untuk memiliki
barang-barang rumah tangga yang layak, maka ia pun membeli kayu tersebut dan
berniat untuk membuatkan istrinya beberapa rak untuk meletakkan toples dan
barang-barang lain. Ia beli kayu itu dengan harga 30 dollar.
Setelah
itu ia membawa kayu tersebut dengan cara dipanggul dan berjalan menuju kerumah.
Namun diperjalanan ketika ia melewati tempat pembuatan mebel, ia di hentikan
oleh si pemilik tempat pembuat mebel tersebut. Dan kayunya hendak dibeli dengan
harga 100 dollar karena menurut pembuat mebel kayu itu bagus. Ia awalnya
ragu-ragu namun si pembuat mebel meyakinkan dan menawarkan pilihan untuk
dibayar dengan uang atau ditukarnya saja dengan mebel yang sudah jadi dan ia
diberi hak untuk memilih sendiri. Karena kebetulan ia melihat ada lemari yang
bagus dan pasti disukai oleh istrinya, maka ia pun lebih memilih menukarkan
kayu tersebut dengan lemari. Selanjutnya ia membawa pulang lemari itu dengan
cara dinaikan keatas gerobak yang dipinjamnya dari pembuat mebel. Ia pulang dengan perasaan gembira karena bisa
membawakan lemari bagus untuk sang istri.
Perjalanan
menuju kerumahnya melewati komplek perumahan mewah, ketika ia berada dikomplek
tersebut. Ada seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya, dan melihat
lemari bagus yang dibawa olehnya. Wanita itu terpikat dan menawar lemari itu
dengan harga 200 dollar, karena tawaran segitu belum di sepakati, maka wanita
tersebut segera menaikannya menjadi 250 dollar. Dan akhirnya ia sepakat dan
menurunkan lemarinya. Setelah itu ia mengembalikan gerobak dan pulang menuju
kerumah dengan hati yang jauh lebih gembira dari sebelumnya.
Namun
di tengah perjalanan, ketika berada ditempat sepi, ia berhenti sejenak dan
ingin menghitung kembali jumlah uang yang ada di sakunya dan memastikan agar
jumlahnya masih utuh yakni 250 dollar. Ketika ia sibuk menghitung uangnya,
tiba-tiba datang seorang perampok dan merampas uang itu dan langsung pergi
meninggalkannya. Kebetulan tak jauh dari tempat kejadian, istrinya melihat dan
berlari menghampirinya serta menanyakan tentang apa yang terjadi?? Dan apa yang
diambil oleh perampok tadi??
Dengan
santai ia menjawab, “Bukan apa-apa. Hanya
sebuah koin penyok yang ku temukan tadi pagi”.
Dari
kisah ini, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga untuk mengelola
kehidupan yang lebih baik. Kita tidak perlu resah, marah, dan gugup ketika
mengalami kehilangan sesuatu yang kita miliki. Karena apapun yang kita miliki
adalah semata-mata titipan dari Allah swt, dan kita harus siap ketika suatu
saat titipan itu tidak lagi ada di tangan kita.
Hadapi
saja segalanya dengan tenang, dan senantiasa memohon kepada Allah agar semua
kehilangan yang kita alami akan di ganti olehNya dengan sesuatu yang jauh lebih
baik. Kita tidak perlu harus putus asa ketika yang hilang itu adalah kesuksesan
yang sudah kita bangun selama bertahun-tahun, karena kepustusasaan bukanlah
karakter seorang mukmin, melainkan karakter orang kafir. Sebagaimana firmanNya
“.... Dan janganlah kamu putus asa dari Rahmat Allah, sesungguhnya tiadalah
putus asa dari Rahmat Allah itu kecuali orang-orang yang kafir” (QS :
Yusuf : 87). Tetaplah yakin bahwa kehilangan yang kita alami, semuanya hanyalah
ujian dari Allah, dan semuanya akan memiliki hikmah yang baik.
Selamat
mencoba.
Salam
hangat.
Posting Komentar