Oleh : Setiyono
Dua
hari yang lalu saya menerima pesan singkat dari seorang Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Islam Riau, isi dari pesan tersebut ialah memberi
informasi bahwa pada hari Rabu, 20 September 2012, Fakultas Psikologi mengadakan
seminar yang bertema “Kepemimpinan dan
Inovasi”. Tema ini merupakan buah dari buku yang berjudul “Psikologi
Kepemimpinan dan Inovasi” karya Prof. Djamaludin Ancok, yang merupakan salah
satu dosen terbaik nasional pada era 90 an, dan alhamdulilah saya diberi
kemudahan oleh Allah swt untuk mengikuti seminar ini. Istimewanya dari seminar
tersebut adalah dihadirkannya langsung Prof. Djamaludin Ancok sekaligus menjadi
pembicara. Sangat menarik materi yang disampaikan oleh beliau, banyak
pesan-pesan kehidupan yang sangat bermanfaat untuk menunjang kesuksesan
seseorang, khususnya bagi para pemuda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa
ini.
Pada
tulisan saya kali ini, tidak menjelaskan secara sistematis akan isi dari
seminar tersebut, melainkan ada satu ilustrasi cerita yang disampaikan oleh
Prof. Djamaludin Ancok, yakni terkait dengan kisah Nabi Nuh. Namun cerita yang
disampaikan oleh beliau bukan menafsirkan dari al qur’an, melainkan ilustrasi
dari pemikiran beliau sendiri yang separuhnya adalah kebenaran seperti halnya
kisah Nabi Nuh, dan selanjutnya hanya karangan dan fiktif belaka namun penuh
makna. Demikian ceritanya yang berhasil saya tangkap :
“Nabi
Nuh diperintahkan Allah swt untuk membuat kapal, karena wilayah tempat Nabi Nuh
berdakwah akan terjadi banjir besar. Nabi Nuh pun membuat kapal dan setelah
kapal itu jadi, Nabi Nuh diperintahkan lagi untuk membawa masuk umatnya yang
mau mengikuti ajarannya, karena Nabi Nuh tau bahwa banjir itu pasti akan datang,
maka diperintahkanlah semua umatnya yang beriman untuk naik kekapal, termasuk
juga binatang yang berpasang-pasangan. Setelah semuanya masuk maka banjir pun
datang, kapal mulai mengapung dan terlihatlah oleh Nabi Nuh bahwa ada anaknya
yang sedang berenang untuk bebas dari banjir itu, karena Nabi Nuh iba terhadap
anaknya maka dipanggilah anaknya tersebut untuk naik kapal, tapi ternyata
ditolak dan anaknya menjawab bahwa ia akan mencari bukit, yang disana ia pasti
tidak akan terkena banjir, namun ternyata belum sampai ia kebukit gelombang
besar sudah mengulungnya dan anak sang Nabi pun hilang ditelan gelombang. Selanjutnya
kapal terus naik dan berjalan tapi air semakin lama semakin besar, hingga
akhirnya jarak antara air dan batas dinding kapal semakin dekat nyaris
tenggelam, hal ini dikarenakan kapal terlalu penuh dengan muatan. Lantas Nabi
Nuh beserta seluruh yang ada dalam kapal tersebut berunding, bagaimana caranya
agar kapal mereka tidak tenggelam, akhirnya dari perundingan itu muncul
kesepakatan bahwa diantara binatang yang berpasangan tadi harus ada dua pasang
yang merelakan diri untuk dibuang keluar kapal, dengan aturan bahwa binatang
itu dimulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil untuk bercerita
tentang hal-hal yang lucu dihadapan seluruh kawanan binatang, dan siapa yang
tidak berhasil membuat semua binatang tertawa maka ia akan dibuang.
Lantas
dimulailah seleksi, pertama maju Dinosaurus karena ia adalah binatang yang
paling besar, Dinosaurus dengan semangat bercerita dan membuat banyak binatang
tertawa terbahak-bahak, tapi terlihat oleh Nabi Nuh masih ada satu binatang
yang tidak tertawa yaitu Babi, bahkan sampai selesai Dinosaurus bercerita, Babi
tetap diam saja dan tidak tertawa. Melihat kondisi yang demikian, dengan berat
hati dari seluruh penumpang maka Dinosaurus pun dibuang keluar kapal, sehingga
ini menyebabkan kepunahan Dinosaurus ditahun-tahun selanjutnya.
Seleksi
yang kedua, majulah Gajah. Sangat semangat Gajah bercerita, tapi semua binatang
masih terdiam, lantas secara tiba-tiba Babi tadi tertawa terbahak-terbahak dan
bahkan sampai guling-guling dilantai kapal, padahal Gajah belum selesai
bercerita dan binatang lain pun juga belum ada yang tertawa. Terheranlah semua
yang ada dalam kapal tak terkecuali juga Nabi Nuh, lantas bertanyalah seseorang
kepada si Babi tadi “Hai Babi, kenapa engkau tertawa sekeras itu padahal gajah belum
selesai bercerita dan binatang lain juga belum ada yang tertawa dengan cerita
si gajah? Si babi pun menjawab, “baru
aku sadari saat ini, bahwa ternyata cerita Dinosaurus tadi sangat-sangat lucu
sekali”. Terhenyaklah semuanya.
#Seperti
itulah cerita yang dapat saya tangkap. Nah, bila kita simak lelucon cerita dari
Prof. Djamaludin Ancok tadi, memiliki makna bahwa “karena ketelatan berfikir
anak Nabi Nuh untuk menyadari bahwa apa yang dikatakan ayahnya adalah benar,
membuatnya harus tenggelam ditelan gelombang. dan karena ketelatan berfikir si
Babi dalam merespon cerita, membuat Dinosaurus celaka”.
Korelasinya
dengan kehidupan nyata manusia adalah, bila seseorang cenderung sering telat
mikir untuk merespon segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya,
organisasi, ataupun Institusinya tempat ia bekerja. Maka selain itu dapat
membahayakan dirinya, juga dapat membahayakan organisasi dan juga institusinya.
Jadi, sebagai seorang pemuda yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk keberlangsungan
negeri ini, berusahalah untuk cepat, dan
tepat dalam merespon segala permasalahan yang terjadi, serta berusahalah untuk
tampil dan memberikan solusi atas segala permasalahan itu.
Salam
Indonesia.
Sumber
: 1. Prof. Djamaludin Ancok, 20 september 2012.
Mahasiswa
FT UIR.
Belajar
berorganisasi di KAMMI dan beberapa pergerakan Mahasiswa.
Posting Komentar