Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


BAHAYA TELAT MIKIR

Jumat, 21 September 20120 komentar


Oleh : Setiyono
Dua hari yang lalu saya menerima pesan singkat dari seorang Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau, isi dari pesan tersebut ialah memberi informasi bahwa pada hari Rabu, 20 September 2012, Fakultas Psikologi mengadakan seminar  yang bertema “Kepemimpinan dan Inovasi”. Tema ini merupakan buah dari buku yang berjudul “Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi” karya Prof. Djamaludin Ancok, yang merupakan salah satu dosen terbaik nasional pada era 90 an, dan alhamdulilah saya diberi kemudahan oleh Allah swt untuk mengikuti seminar ini. Istimewanya dari seminar tersebut adalah dihadirkannya langsung Prof. Djamaludin Ancok sekaligus menjadi pembicara. Sangat menarik materi yang disampaikan oleh beliau, banyak pesan-pesan kehidupan yang sangat bermanfaat untuk menunjang kesuksesan seseorang, khususnya bagi para pemuda yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini.
Pada tulisan saya kali ini, tidak menjelaskan secara sistematis akan isi dari seminar tersebut, melainkan ada satu ilustrasi cerita yang disampaikan oleh Prof. Djamaludin Ancok, yakni terkait dengan kisah Nabi Nuh. Namun cerita yang disampaikan oleh beliau bukan menafsirkan dari al qur’an, melainkan ilustrasi dari pemikiran beliau sendiri yang separuhnya adalah kebenaran seperti halnya kisah Nabi Nuh, dan selanjutnya hanya karangan dan fiktif belaka namun penuh makna. Demikian ceritanya yang berhasil saya tangkap :
“Nabi Nuh diperintahkan Allah swt untuk membuat kapal, karena wilayah tempat Nabi Nuh berdakwah akan terjadi banjir besar. Nabi Nuh pun membuat kapal dan setelah kapal itu jadi, Nabi Nuh diperintahkan lagi untuk membawa masuk umatnya yang mau mengikuti ajarannya, karena Nabi Nuh tau bahwa banjir itu pasti akan datang, maka diperintahkanlah semua umatnya yang beriman untuk naik kekapal, termasuk juga binatang yang berpasang-pasangan. Setelah semuanya masuk maka banjir pun datang, kapal mulai mengapung dan terlihatlah oleh Nabi Nuh bahwa ada anaknya yang sedang berenang untuk bebas dari banjir itu, karena Nabi Nuh iba terhadap anaknya maka dipanggilah anaknya tersebut untuk naik kapal, tapi ternyata ditolak dan anaknya menjawab bahwa ia akan mencari bukit, yang disana ia pasti tidak akan terkena banjir, namun ternyata belum sampai ia kebukit gelombang besar sudah mengulungnya dan anak sang Nabi pun hilang ditelan gelombang. Selanjutnya kapal terus naik dan berjalan tapi air semakin lama semakin besar, hingga akhirnya jarak antara air dan batas dinding kapal semakin dekat nyaris tenggelam, hal ini dikarenakan kapal terlalu penuh dengan muatan. Lantas Nabi Nuh beserta seluruh yang ada dalam kapal tersebut berunding, bagaimana caranya agar kapal mereka tidak tenggelam, akhirnya dari perundingan itu muncul kesepakatan bahwa diantara binatang yang berpasangan tadi harus ada dua pasang yang merelakan diri untuk dibuang keluar kapal, dengan aturan bahwa binatang itu dimulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil untuk bercerita tentang hal-hal yang lucu dihadapan seluruh kawanan binatang, dan siapa yang tidak berhasil membuat semua binatang tertawa maka ia akan dibuang.
Lantas dimulailah seleksi, pertama maju Dinosaurus karena ia adalah binatang yang paling besar, Dinosaurus dengan semangat bercerita dan membuat banyak binatang tertawa terbahak-bahak, tapi terlihat oleh Nabi Nuh masih ada satu binatang yang tidak tertawa yaitu Babi, bahkan sampai selesai Dinosaurus bercerita, Babi tetap diam saja dan tidak tertawa. Melihat kondisi yang demikian, dengan berat hati dari seluruh penumpang maka Dinosaurus pun dibuang keluar kapal, sehingga ini menyebabkan kepunahan Dinosaurus ditahun-tahun selanjutnya.
Seleksi yang kedua, majulah Gajah. Sangat semangat Gajah bercerita, tapi semua binatang masih terdiam, lantas secara tiba-tiba Babi tadi tertawa terbahak-terbahak dan bahkan sampai guling-guling dilantai kapal, padahal Gajah belum selesai bercerita dan binatang lain pun juga belum ada yang tertawa. Terheranlah semua yang ada dalam kapal tak terkecuali juga Nabi Nuh, lantas bertanyalah seseorang kepada  si Babi tadi “Hai Babi, kenapa engkau tertawa sekeras itu padahal gajah belum selesai bercerita dan binatang lain juga belum ada yang tertawa dengan cerita si gajah? Si babi pun menjawab, “baru aku sadari saat ini, bahwa ternyata cerita Dinosaurus tadi sangat-sangat lucu sekali”. Terhenyaklah semuanya.
#Seperti itulah cerita yang dapat saya tangkap. Nah, bila kita simak lelucon cerita dari Prof. Djamaludin Ancok tadi, memiliki makna bahwa “karena ketelatan berfikir anak Nabi Nuh untuk menyadari bahwa apa yang dikatakan ayahnya adalah benar, membuatnya harus tenggelam ditelan gelombang. dan karena ketelatan berfikir si Babi dalam merespon cerita, membuat Dinosaurus celaka”.  
Korelasinya dengan kehidupan nyata manusia adalah, bila seseorang cenderung sering telat mikir untuk merespon segala permasalahan yang terjadi dalam kehidupannya, organisasi, ataupun Institusinya tempat ia bekerja. Maka selain itu dapat membahayakan dirinya, juga dapat membahayakan organisasi dan juga institusinya. Jadi, sebagai seorang pemuda yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk keberlangsungan negeri ini,  berusahalah untuk cepat, dan tepat dalam merespon segala permasalahan yang terjadi, serta berusahalah untuk tampil dan memberikan solusi atas segala permasalahan itu.
Salam Indonesia.
Sumber : 1. Prof. Djamaludin Ancok, 20 september 2012.
Mahasiswa FT UIR.
Belajar berorganisasi di KAMMI dan beberapa pergerakan Mahasiswa.
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger