Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


KITA MASIH TERJAJAH

Rabu, 01 Agustus 20120 komentar


Oleh : Setiyono

PT. Freeport meminta perpanjangan kontrak sampai tahun 2041, disinyalir pemerintah RI akan menyetujui. Hal ini membuktikan cengkraman neoliberalisme masih sangat kuat, bangsa kita membutuhkan pemimpin yang berani dan tegas untuk mengatakan tidak pada neoliberalisme, bukan pemimpin yang longa longo seperti kerbau dan suka mengeluh kepada rakyatnya. Iran dengan Mahmud ahmadinejadnya berani mengatakan tidak pada neoliberalisme, dan Venezuela dengan hugo chaveznya mampu melakukan hal yang sama. Tapi kenapa pemimpin kita tidak mampu melakukan hal yang demikian? Memecahkan permasalahan krisis kedelai heboh sampai keseluruh antero nusantara. Mana ahli-ahli ekonomi yang bercokol di lingkaran pemerintahan? Semuanya hanyalah sebatas tim impian.
Kekayaan alam negeri ini yang begitu melimpah ruah, asyik dikeruk oleh asing. Ibarat seorang raja, maka kita ini adalah raja yang bekerja kepada raja lain dari negeri tetangga. Terkesan kita memiliki istana yang mewah, negeri yang subur, prajurit yang tangguh, dan rakyat yang banyak, layaknya seperti kerajaan paling adi daya di dunia, tapi ternyata semua hanyalah papan catur dengan bidak-bidaknya yang dimainkan oleh seseorang. Permasalahan akut yang menyebabkan neoliberalisme tetap kuat membelit bangsa ini menurut saya ialah dikarenakan beberapa factor.
Pertama, terdapatnya kesenjangan dari sisi sumber daya manusia dibandingkan dengan Negara-negara lain, hal ini disebabkan lambannya perbaikan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah. Sehingga berdampak terhadap lemahnya kesadaran masyarakat bahwa negeri ini sedang dalam cengkraman neoliberalisme yang membahayakan perkembangan ekonomi dimasa depan.
Kedua, tidak adanya kebijakan yang benar-benar menguntungkan Negara ini terkait dengan kerjasama kepada pihak asing, misalnya terkait dengan ekonomi, selalu saja bagi hasilnya tidak pernah adil. Silahkan dilihat UU No 25/2007 tentang Penanaman Modal Asing.
Ketiga, lemahnya mental pemimpin untuk revolusi ekonomi, dari sistem neoliberallisme menjadi ekonomi yang berbasis kerakyatan (baca : tulisan saya “jerit tangis rakyat ditengah euphoria pemerintah”).
Keempat, pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk melukiskan cita-cita bangsa ini dimasa depan, jika pun ada itu cenderung abstrak dan sulit untuk dicerna oleh masyarakat. Sehingga semuanya hanya akan menjadi impian yang sulit direalisasikan.
Kelima, kedaulatan yang sudah tergadaikan akibat lemahnya argumentasi pemimpin bangsa ini ketika dihadapkan dengan dunia internasional, contoh lambatnya dukungan kepada palestina dari upaya pembebasan jajahan Israel, padahal visi bangsa ini ialah menghapuskan segala bentuk penjajahan diatas dunia,  dan mudahnya memberikan suntikan dana kepada IMF yang sudah 14 tahun menjerat negeri ini dengan jebakan-jebakan hutangnya. 

Dengan realitas yang demikian, maka solusi yang dapat ditawarkan dengan keterbatasan hipotesa saya ialah,
Pertama, percepat perbaikan kualitas pendidikan negeri ini, dengan penggangaran yang besar tentunya dan pengawasan ketat terhadap semua hal yang berkaitan agar dapat meminimalisir praktek-praktek korupsi. Mengenai masalah ini perlu belajar dari jepang, bagaimana sistem pendidikan dinegara tersebut sangat layak untuk diapresiasi, karena kolaborasi antara sistem pendidikan modern dan budaya yang dipertahankan masyarakat sangat terjaga. Keprofesionalisme pengajar di jepang sangat dihargai dan bahkan nyaris seluruh kebutuhan hidupnya ditanggung oleh negara, sehingga sulit untuk menemukan seorang pengajar yang memiliki profesi ganda.    
Kedua, kita menyadari bahwa negara tidak mungkin bisa menjadi pelaku tunggal dalam kegiatan ekonomi global, namun negara tetap memainkan peran penting dalam membuat perjanjian dan keputusan (deal) bisnis di level internasional. Oleh sebab itulah peran Negara dalam memproteksi korporasi asing harus benar-benar berlandaskan atas pancasila, yang mana didalamnya terdapat lima azas yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga korporasi asing tidak mengungkung kondisi ekonomi nasional. Karna bila kita telaah secara seksama maka didalam pancasila tersebut terdapat pesan dari para pendiri bangsa untuk tidak mengunakan sistem neoliberalisme sebagai motor ekonomi.
Ketiga, pemimpin harus tegas menyuarakan bahwa perekonomian nasional akan bangkit bersama rakyat, bukan atas dasar dominasi asing. Bila hal ini mampu dilakukan, maka apapun cita-cita bangsa kedepan akan mudah untuk diwujudkan. Karena hal mendasar setelah persoalan sumber daya manusia atas keterpurukan kondisi bangsa ini ialah masih kuatnya dominasi asing didalam perekonomian bangsa kita. 

(Mahasiswa jurusan Planologi, Fakultas Teknik, UIR)
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger