Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


Mari Periksa Diri, Jangan-jangan Kita Masih Jahiliah

Jumat, 04 Oktober 20130 komentar

Oleh : Setiyono
(Urgensi Merenungi Sejarah)

Sederhana saja, seseorang dikatakan layak menerima anugerah kebaikan adalah ketika ia mau membantu orang lain walaupun dirinya sedang berada dalam kondisi yang lemah.

Seperti kisahnya Musa as. yang menolong Zipora dan Lea (putri Syu'aib), untuk memberi minum ternak keduanya di negeri yang bernama Madyan (negeri yang diambil dari nama putra Ibrahim dari istri ketiga Ibrahim yang bernama Qathura)
Ini sesuatu yang sederhana memang, tapi kebanyakan manusia cenderung kehilangan kepedulian sosial ketika dihadapkan dengan satu kondisi yang mana dirinya berada dalam kondisi lemah.

Membantu saat kita berkecukupan, itu merupakan hal yang biasa. Namun membantu saat kita sebenarnya membutuhkan bantuan itulah yang langka di dunia ini.

Walaupun didalam cerita Musa sebenarnya Allah swt sudah memberikan pengajaran yang begitu indah. Musa datang ke Madyan dengan status buron, tertekan, pengangguran dan resah karena kasusnya membunuh orang Mesir tanpa unsur kesengajaan, karena ia berniat melerai kedua orang yang berkelahi antara orang Mesir dan Ibrani pada zaman pemerintahan Ramses II (Sejarah mencatat bahwa ia terkenal dengan Firaun yang merupakan ayah angkat dari Musa as).

Dari Mesir menuju ke Madyan Musa berjalan kaki, menghabiskan waktu 8 hari. Tanpa perbekalan apapun, selain selembar busana yang membalut tubuhnya. Ia makan dedaunan untuk mengisi perutnya, dan bahkan telapak kakinya melepuh karena gesekan pasir digurun nan terik.

Sesampainya di Madyan ia beristirahat dibawah naungan sebatang pohon, dan berdekatan dengan sumur dimana banyak orang yang berdesakan mengambil air dari dalamnya untuk memberi minum ternak-ternak mereka. Di tengah kerumunan itu, mata Musa melihat dua orang gadis (Zipora dan Lea), sedang kesusahan untuk mengambil air untuk hal yang sama dilakukan oleh orang lainnya.

Tradisi orang Jahiliah, yang lemah selalu di-terakhir-kan untuk berbagai macam urusan. Sebagaimana kata penyair Arab masa jahiliah Amr bin Kultsum "Kita minum kalau kita mendapati air masih jernih dan biarlah orang lain yang keruh dan bercampur tanah".

Begitulah kondisi yang dialami Zipora dan Lea, maka tergeraklah hati Musa untuk menolong keduanya. Di tengah kondisi yang bersamaan sebenarnya Musa pun sedang membutuhkan bantuan.

Lantas, pasca peristiwa ini. Kita bisa baca bersama betapa besarnya karunia Allah yang di berikan kepada Musa hanya karena bantuan yang sederhana itu, Musa di panggil oleh ayah kedua wanita tadi, dijamu dan akhirnya ia dinikahkan dengan Zipora dan diberikan pekerjaan untuk mengembala domba selama 8 tahun sebagai hitungan penganti mahar. Dari pernikahan itu Musa dikarunia dua orang anak laki-laki, bernama Gersom dan Eliazer.

Begitulah contoh konkrit karunia Allah kepada orang yang memiliki kepedulian sosial tinggi walaupun sedang dilanda kesusahan.

Kita hidup di dunia ini tidak patut bila hanya sibuk memikirkan diri sendiri, mau membantu namun menunggu saat kita lapang.

Mari berbuat, apapun yang bisa kita buat untuk meringankan beban hidup orang lain, karena ini merupakan esensi dari kehidupan seseorang.
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger