HomeMari Periksa Diri, Jangan-jangan Kita Masih Jahiliah
Mari Periksa Diri, Jangan-jangan Kita Masih Jahiliah
Oleh : Setiyono
(Urgensi Merenungi Sejarah)
Sederhana saja, seseorang dikatakan layak menerima anugerah kebaikan
adalah ketika ia mau membantu orang lain walaupun dirinya sedang berada
dalam kondisi yang lemah.
Seperti kisahnya Musa as. yang
menolong Zipora dan Lea (putri Syu'aib), untuk memberi minum ternak
keduanya di negeri yang bernama Madyan (negeri yang diambil dari nama
putra Ibrahim dari istri ketiga Ibrahim yang bernama Qathura)
Ini
sesuatu yang sederhana memang, tapi kebanyakan manusia cenderung
kehilangan kepedulian sosial ketika dihadapkan dengan satu kondisi yang
mana dirinya berada dalam kondisi lemah.
Membantu saat kita
berkecukupan, itu merupakan hal yang biasa. Namun membantu saat kita
sebenarnya membutuhkan bantuan itulah yang langka di dunia ini.
Walaupun didalam cerita Musa sebenarnya Allah swt sudah memberikan
pengajaran yang begitu indah. Musa datang ke Madyan dengan status buron,
tertekan, pengangguran dan resah karena kasusnya membunuh orang Mesir
tanpa unsur kesengajaan, karena ia berniat melerai kedua orang yang
berkelahi antara orang Mesir dan Ibrani pada zaman pemerintahan Ramses
II (Sejarah mencatat bahwa ia terkenal dengan Firaun yang merupakan ayah
angkat dari Musa as).
Dari Mesir menuju ke Madyan Musa
berjalan kaki, menghabiskan waktu 8 hari. Tanpa perbekalan apapun,
selain selembar busana yang membalut tubuhnya. Ia makan dedaunan untuk
mengisi perutnya, dan bahkan telapak kakinya melepuh karena gesekan
pasir digurun nan terik.
Sesampainya di Madyan ia beristirahat
dibawah naungan sebatang pohon, dan berdekatan dengan sumur dimana
banyak orang yang berdesakan mengambil air dari dalamnya untuk memberi
minum ternak-ternak mereka. Di tengah kerumunan itu, mata Musa melihat
dua orang gadis (Zipora dan Lea), sedang kesusahan untuk mengambil air
untuk hal yang sama dilakukan oleh orang lainnya.
Tradisi orang
Jahiliah, yang lemah selalu di-terakhir-kan untuk berbagai macam
urusan. Sebagaimana kata penyair Arab masa jahiliah Amr bin Kultsum
"Kita minum kalau kita mendapati air masih jernih dan biarlah orang lain
yang keruh dan bercampur tanah".
Begitulah kondisi yang
dialami Zipora dan Lea, maka tergeraklah hati Musa untuk menolong
keduanya. Di tengah kondisi yang bersamaan sebenarnya Musa pun sedang
membutuhkan bantuan.
Lantas, pasca peristiwa ini. Kita bisa
baca bersama betapa besarnya karunia Allah yang di berikan kepada Musa
hanya karena bantuan yang sederhana itu, Musa di panggil oleh ayah kedua
wanita tadi, dijamu dan akhirnya ia dinikahkan dengan Zipora dan
diberikan pekerjaan untuk mengembala domba selama 8 tahun sebagai
hitungan penganti mahar. Dari pernikahan itu Musa dikarunia dua orang
anak laki-laki, bernama Gersom dan Eliazer.
Begitulah contoh konkrit karunia Allah kepada orang yang memiliki kepedulian sosial tinggi walaupun sedang dilanda kesusahan.
Kita hidup di dunia ini tidak patut bila hanya sibuk memikirkan diri sendiri, mau membantu namun menunggu saat kita lapang.
Mari berbuat, apapun yang bisa kita buat untuk meringankan beban hidup
orang lain, karena ini merupakan esensi dari kehidupan seseorang.
Silahkan share artikel ini : :
Posting Komentar