Oleh : Setiyono
Bandung, 30 Januari 2013
Tepat
pada tanggal 14 Januari 2013, komisi pemilihan umum (KPU) pusat telah
mengumumkan hasil verifikasi partai politik (parpol) yang bisa mengikuti pemilu
2014. Muncul 10 nama parpol yang lolos verifikasi itu, dan terdapat 18 parpol
yang dinyatakan tidak lolos. Hal ini tentu jauh berbeda dengan kondisi pada
pemilu 2009 lalu yang terdapat 38 parpol peserta pemilu, tahun 2004 sebanyak 24
parpol, dan 1999 terdapat 48 parpol.
Dengan
kondisi demikian, tentu pada pemilu 2014 nuansa persaingan antar partai akan
semakin ketat dalamk memperebutkan suara masyarakat. Dan suhu politik negeri ini
tentu akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, kekisruhan ditubuh partai pun
kemungkinan besar akan mudah terjadi. Karena parpol yang tidak lolos verifikasi
secara otomatis kadernya akan beralih keparpol yang lolos demi untuk
mendapatkan infrastruktur politiknya kembali. Walaupun secara struktural mungkin
mereka tidak tertulis langsung, melainkan mesin politiknya lah yang akan
dimainkan melalui salah satu parpol yang lolos tersebut. Dan kondisi ini tentu
akan menjadi pengaruh terhadap instabilitas parpol yang lolos yang lolos
verifikasi, khususnya parpol yang secara insfrastruktur belum tertata dengan baik.
Namun
perlu diketahui bahwa, rampingnya jumlah parpol saat ini tidak menjadi jaminan
akan ketertarikan rakyat untuk turut serta memberikan suara dalam pemilu 2014.
Salah satu faktornya ialah dikarenakan semakin santernya kasus-kasus yang
terjadi ditubuh pemerintahan, salah satunya ialah terkait dengan korupsi. Hamper
mayoritas kasus korupsi tersebut dilakukan oleh kader parpol yang telah duduk
dipemerintahan. Potret seperti ini tentu membuat tingkat apatisme rakyat
semakin meningkat.
Dari
10 partai, beberapa diantaranya telah menyumbangkan kadernya untuk terlibat
kasus-kasus korupsi. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa parpol hari ini
telah kehilangan fungsi sebenarnya yang seharusnya memperjuangkan kepentingan
rakyat. Parpol hari ini cenderung memperjuangkan dan memperhatikan orang-orang
yang ada ditubuh parpol itu sendiri, sementara perhatian dan perjuangannya
terhadap aspirasi rakyat semakin melemah. Parpol hari ini sibuk dengan urusan
internalnya . realitas ini tentu menjadi masalah serius untuk diperhatikan
setiap pelaku politik yang tergabung kedalam parpol itu, sebelum kedepan
tingkat apatis rakyat karena krisis kekecewaan dan kepercayaan terhadap parpol
semakin meningkat cepat.
Sedikitnya
parpol yang lolos verifikasi itu bisa jadi dikarenakan rakyat saat ini sudah
benar-benar apatis untuk memilih parpol tertentu, sehingga dari 28 parpol yang
tersisa hanya 10 parpol yang bisa lolos verifikasi. Penyebabnya tentu
dikarenakan kasus-kasus yang mendera kader parpol itu, banyak kader yang hanya
menjadikan parpol sebagai kendaraan untuk memuluskan ambisinya dalam menaikan
karir ataupun sebatas mendapatkan kekuasaan, dan kinerja parpol semakin jauh
dari apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Tujuan
dari didirikannya parpol tentu tidak lepas dari keinginan untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat. Nah ketika hari ini parpol sudah keluar dari rel itu, maka
mendesak kiranya untuk mengembalikan fungsi yang sebenarnya tersebut. Ini merupakan
tugas berat yang harus dilakukan oleh setiap kader-kader parpol, agar kepercayaan
rakyat terhadap parpol bisa terjaga dan demokrasi negeri ini bisa berjalan
dengan optimal.
Penulis adalah salah satu pengamat
politik nasional, aktif berorganisasi di KAMMI DAERAH
RIAU.
+ komentar + 1 komentar
wah mantap, aktifis yang progresif sekalis pengamat politik masa depan...
http://muhammad-rokhim.blogspot.com/2013/02/bank-mandiri-mempermudah-memiliki.html
Posting Komentar