Oleh : Setiyono
Desa
Muara jaya, 15 Maret 1990, Kecamatan Kepenuhan Hulu, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau. Tepat pukul 01.00 WIB desa ini terbalut dengan keheningan, tidak terlihat
kesibukan manusia yang melakukan aktivitas dan juga tidak terdengar suara
manusia yang berbincang-bincang seperti ketika matahari menerangi bumi ini,
hanya si jangkrik yang sesekali mengeluarkan bunyi dan saling bersahutan
dengan irama yang khas ala spesiesnya. Udara terasa cukup dingin, dan pepohonan
terlihat sangat tenang tanpa sedikitpun menari karena tiada angin yang
berhembus. Terlihat cahaya api kecil dari celah-celah rerimbunan daun yang
bersumber dari lentera duduk dan gantung
yang biasa digunakan penduduk desa ini
untuk menerangi peraduan mereka dari gelapnya malam, karena saat itu belum ada
penduduk yang memiliki mesin penghasil listrik untuk memberikan penerangan
kepada mereka. Nuansa begitu hening, seolah-olah tidak ada kehidupan manusia
disini, ditengah hutan belantara yang masih sangat rimba nun jauh dari kota. Hanya
jalan-jalan kecil beriringan tetumbuhan liar yang menjadi akses penduduknya
untuk bisa pergi menuju kota, dengan sepeda ontel dan sesekali datang mobil
truk pengangkut barang dari kota yang menawarkan jasa sewa untuk mengangkut
mereka pergi kekota, tak jarang imbalan yang diberikan penduduk desa kepada
sipemilik truk berupa satu ekor ayam kampung, sekantong padi, jengkol, ubi, dan
kelapa. Karena mendapatkan uang bagi penduduk desa ini kala itu begitu sangat
sulit, sehingga tak jarang bagi mereka yang ingin memiliki uang harus pergi
atau merantau kekota-kota yang berdasarkan informasi dikota-kota itulah kerja
dan uang mudah didapatkan. Hampir setiap malam, sejak tahun 80 an sampai
pertengahan tahun 90 an, desa ini selalu berada dalam keheningan. Suasanannya tidak
mencekam, tapi cukup membuat enggan penduduk untuk melangkahkan kakinya keluar
malam. Tapi malam itu tepat pukul 01.30 WIB, tiba-tiba keheningan desa ini pecah
dengan suara tangisan seorang bayi dari sudut desa yang sangat nyaring dan
lantang sekali bunyi tangisannya, dan itu adalah aku yang baru pertama kalinya melihat
dunia ini, aku yang malam itu dilahirkan oleh ibu ku, dijaga oleh ayah ku,
kakak-kakak kandung ku dan juga kakek dan nenek ku yang telah setia menanti
kelahiran ku serta seorang wanita yang seusia dengan nenek ku tak lain tak
bukan dia adalah tabib yang biasa membantu ibu-ibu yang akan melahirkan. Spontan
banyak penduduk desa yang terbangun dari tidurnya dan berlarian menuju kerumah
orang tua ku, dibarengi dengan kecemasan karena suara tangisan ku yang terus
mengema memecahkan keheningan dimalam itu. Tapi alhamdulilah aku dilahirkan
dengan proses yang normal, sehingga aku dan ibu ku dalam kondisi baik-baik
saja. Dan ini membuat orang-orang didesa itu lega dan mengucapkan syukur
alhamdulilah kepada Allah swt atas kondisi ku dan juga ibu ku. Setelah itu ayah
ku mengkumandangkan adzan untuk diperdengarkan kepada ku, begitulah ayah ku
bercerita kepada ku ketika awal pertama kali aku lahir kedunia ini. Dan dari
sinilah semua cerita hidup ku dimulai..
(Bersambung......)
Mahasiswa
Planologi Fakultas Teknik UIR.
Posting Komentar