Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


KARAKTER DAN PERTUMBUHAN EKONOMI BANGSA

Kamis, 30 Agustus 20120 komentar


Oleh : Setiyono

Untuk memperbaiki perekonomian rakyat Indonesia, belumlah cukup hanya dengan mendirikan apa yang dinamakan braintrust “kelompok pemikir” (baca; gerilya politik ekonomi. Tan Malaka), walaupun kelompok itu terdiri dari orang-orang jebolan Universitas besar dalam negeri, dan Universitas-universitas besar yang ada di negara lain. sejarah sudah pernah mencatat (baca; Mengkritisi kebijakan Pemerintah, Dr. Irwan Prayitno) bagaimana Megawati ketika memimpin Republik ini telah membuat tim yang diisi oleh para pemikir-pemikir hebat, seperti kwik kian gie, Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Boediono, Rini Suwandi, Laksamana Sukardi, dan Ali Marwan Hanan. Dengan tim yang diisi oleh orang-orang yang hebat, saat itu braintrust buatan Megawati tersebut cukup meyakinkan rakyat Indonesia, dan menumbuhkan persepsi positif akan kemajuan ekonomi negeri ini, dan bahkan sempat dijuluki sebagai "the dreams team", ala kulihal ditengah perjalanan ternyata team ini tidak mampu juga untuk memajukan ekonomi Indonesia, sehingga julukan diganti menjadi "the dreaming team" (team yang kerjanya bermimpi). Hal ini menunjukan kepada kita bahwa perbaikan ekonomi Indonesia tidak cukup hanya diserahkan kepada para pemikir-pemikir hebat yang duduk di pemerintahan, melainkan  perbaikan perekonomian Indonesia harus dibarengi dengan kejelasan karakter pemerintahnya dan juga bantuan rakyatnya sendiri, rakyat yang berkarakter tentunya.
China, yang menurut catatan sejarah adalah Negara yang pernah tertindas oleh Jepang, dan pernah menjadi Negara yang terpuruk, kini Negara tersebut telah menjadi salah satu motor pengerak perekonomian dunia. Semua itu dikarenakan adanya kejelasan karakter baik itu pemerintah ataupun rakyatnya, yakni confusius. Sedangkan Jepang, dulu pernah di gempur oleh tentara sekutu dengan dihancurkannya kota Hiroshima dan Nagasaki, sehingga hal ini menyebabkan penarikan mundur semua tentara jepang dari wilayah jajahannya, dan peristiwa ini juga telah membuat jepang terpuruk. Tapi karena jepang memiliki karakter yang dikenal dengan nama Bushido, maka dalam tempo yang relatif singkat Jepang mampu bangkit kembali dari keterpurukan, bahkan pasar teknologi dunia saat ini nyaris dikuasainya. Beberapa waktu yang lalu, bangsa kita telah dicubit oleh Malaysia dengan pengakuan bahwa wayang kulit, Reog Ponorogo, Batik, lagu Rasa sayange, alat musik angklung, dan tari tor tor adalah milik Malaysia, cukup mengegerkan waktu hal ini diberitakan. Walaupun saat ini UNESCO telah menetapkan bahwa itu semua adalah murni milik Indonesia. Pertanyaannya adalah, mengapa hal itu bisa terjadi? Jawabnya karena Indonesia tidak memiliki karakter, sehingga membuat nilai-nilai kebangsaan nyaris punah.
Pemerintah kita saat ini tidak lagi memiliki karakter, padahal salah satu cara untuk menumbuhkan karakter dalam tataran grass root adalah adanya percontohan dari atas, atau dengan bahasa lain “top down”. Pemerintah kita cenderung suka bermewah-mewahan, tanpa memikirkan nasib bangsa dimasa yang akan datang. Perlu bagi kita untuk mengetahui sedikit kisah hidup salah satu tokoh revolusi negeri ini, yakni Mohammad Hatta. Ia adalah seorang Negarawan sejati yang pernah dimiliki oleh negeri ini, ia pernah menduduki berbagai jabatan strategis distruktur Pemerintahan pada masa orde baru, tapi bagaimana kondisi hidupnya ketika ia sudah tidak lagi memegang jabatan sebagai wakil Presiden pertama Republik ini “menjadi rakyat biasa” ia tidak bisa menghidupi keluarganya yang beranggotakan lima orang yakni anak dan istrinya, beruntung banyak rekan-rekannya yang membantu. Memang ketika ia memutuskan untuk melepaskan jabatannya sebagai wakil Presiden, banyak tawaran dari berbagai perusahaan untuk menjadikan dirinya sebagai komisaris, tapi kesemuanya ditolak dan ia mengatakan “apa kata rakyat nanti” (baca; Mohammad Hatta, hati nurani bangsa. Prof. Dr. Deliar Noer). Kesederhanaan yang ditampilkan sangat jauh berbeda dengan kondisi kehidupan pejabat-pejabat kita saat ini, sehingga dengan karakter yang demikian ia mampu menjadi salah satu tokoh penting bagi kemerdekaan Republik Indonesia.
Kita mengharabkan karakter tidak hanya dimiliki oleh pelaku-pelaku perjuangan negeri ini, tetapi juga dimiliki oleh pejabat saat ini dan juga rakyat yang menjadi unsur utama dalam keberlangsungan suatu bangsa.
Salam Indonesia.
(Mahasiswa Jurusan Planologi, Fakultas Teknik UIR)           
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger