Oleh : Setiyono
Indonesia
pernah dipandang oleh dunia Internasional sebagai guru bagi Malaysia, hal ini
terjadi sekitar tahun 1970. Saat itu pendidikan di Indonesia benar-benar telah
mengangkat harkat dan martabat bangsa, sehingga banyak para guru dan ustadz
yang diminta untuk mengajar dimalaysia dan juga diminta untuk memberikan
pemahaman Islam kepada rakyat Malaysia. Kini prestasi itu sudah tidak disandangkan
lagi, karena Malaysia dalam hal pendidikan sudah jauh mengungguli. Faktor utama
adalah lemahnya pola pendidikan pembentukan karakter bangsa Indonesia, sehingga
pasca reformasi pun bangsa ini masih jua dilanda permasalahan yang sebenarnya
itu adalah klasik, yakni permasalahan politik, hukum, ekonomi, dan budaya.
Urgensi
dari pembentukan karakter bangsa ini dikarenakan kondisi Indonesia yang cukup terpuruk
walaupun secara kuantitas populasi penduduknya jauh lebih besar ketimbang Malaysia,
singapura, Thailand, dan Negara-negara maju lainnya dengan jumlah penduduk yang
relatif kecil dibandingkan dengan Indonesia. Selain itu juga kuantitas dan
kualitas sumber daya alam Indonesia sangat luar biasa. Memang, Indonesia
memiliki begitu banyak orang-orang yang bergelar sarjana dan bahkan doctor,
yang dibuktikan dengan ijazah, namun apalah artinya memiliki ijazah tapi tidak
memiliki karakter. Karena yang mampu mengangkat martabat bangsa ini dimasa
depan bukanlah ijazah, melainkan adalah karakter.
Sedikit
bercerita terkait dengan hal yang berhubungan dengan pembentukan karakter ini,
ketika saya berselancar di internet, saya menemukan satu foto menarik yang diupload
oleh salah seorang ayah yang saya kenal, isi dari foto itu adalah seorang anak
laki-laki (anak dari ayah tersebut) yang sedang duduk menghadap perangkat computer
dan tepat seperti seorang pemuda ataupun orang tua mengetik. Setelah saya
membaca sedikit penjelasan dari pengupload foto, benar memang bahwa anak
tersebut sedang mengetik, mengetik untuk berlatih membuat artikel. Sebuah tindakan
yang layak untuk diapresiasi, seorang anak dengan tafsiran usia yang belum
melewati 15 tahun (karena saya juga mengenalnya) mau berlatih untuk menulis
artikel, tentu kita berharab semangat yang demikian dimiliki juga oleh
anak-anak lainnya yang tumbuh dan berkembang di negeri tercinta ini. Karena
saya yakin, semangat untuk menulis artikel akan berbanding lurus dengan
semangat untuk membaca. Hal seperti ini sebenarnya sudah termasuk kedalam salah
satu pembentukan karakter, karakter untuk anak bangsa. Selain itu hal yang
paling mendasar yakni nilai-nilai keagamaan untuk pengontrolan moral juga harus
diselaraskan. Karena, sangat penting kiranya bagi para orang tua dan juga
pemuda yang memperhatikan nasib bangsanya dimasa yang akan datang untuk turut
serta dalam melakukan pembentukan karakter bagi anak-anak sejak mereka masih
berada pada usia yang relatif belum bisa dikatakan sebagai pemuda (Baca ;definisi pemuda menurut UU No 40
tentang kepemudaan). Sehingga apabila pembentukan karakter ini mampu
dilakukan oleh orang tua dan para pemuda yang peduli, dan membuat anak-anak
tidak tersibukan dengan hal-hal yang bersifat penyelewengan moral seperti
penyalahgunaan narkoba, tawuran, dan hal negatif lainnya. Maka besar
kemungkinan bangsa ini akan mampu mengejar ketertinggalan dari Negara-negara
lain, karena kondisi generasi hari ini adalah gambaran bangsa dimasa depan.
Banyak
para pengamat yang mengatakan bahwa masalah pendidikan karakter bangsa ini terletak pada
kurikulum, saya sependapat dengan hal itu. Karena kurikulum yang ada saat ini
cenderung mengarahkan peserta didik untuk bergelut dengan banyaknya mata
pelajaran yang kurang mengarah kepada pembentukan karakter, contoh jam
pelajaran tentang keagamaan yang menjadi ideologi para pengagas perjuangan bangsa
ini dan nilai-nilai keIndonesiaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mata
pelajaran yang “tidak mencerminkan pembentukan karakter bangsa”. Padahal bahaya
dari suatu bangsa yang tidak memiliki karakter adalah dijajah oleh bangsa lain,
dan terbukti saat ini Indonesia telah dijajah oleh kolonialisme dan imperialisme
(sytem ekonomi). Mendesak kiranya bangsa ini untuk reformasi kurikulum pendidikan,
dengan kurikulum yang mendukung langsung pembentukan karakter, demi terwujudnya
Indonesia yang jaya dimasa depan.
Salam
Indonesia.
(Mahasiswa
Jurusan Planologi, Fakultas Teknik UIR)
Posting Komentar