Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


INDIVIDUALISME MENJANGKITI MASYARAKAT DESA

Selasa, 28 Agustus 20120 komentar


Oleh : Setiyono

Dulu kata Individualisme hanya di sematkan kepada masyarakat yang tinggal didaerah perkotaan, mereka yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi dan hunian yang mendukung seperti komplek elit dan apartemen. Mereka hanya sibuk dengan pekerjaan, dan cenderung enggan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Mereka keluar dari tempat tinggal pagi hari, dan kembali ketika hari sudah mulai petang, seharian membenam diri di ruang kerja mereka, dan ketika pulang kondisi tubuh sudah kelelahan sehingga kasur menjadi tempat pelabuhannya, begitulah potretnya. Sehingga dengan irama hidup yang demikian akan menyulitkan dirinya untuk bisa bersosialisasi dengan masyarakat sekitar huniannya.
Namun saat ini, individualisme tidak hanya terjadi di lingkup perkotaan, melainkan sudah menerobos masuk kedalam barisan masyarakat yang ada di pedesaan. Fakta ini dibuktikan dengan semakin rendahnya tingkat kepedulian masyarakat desa terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kesosialan, seperti semangat gotong royong yang dahulu menjadi karakter dari bangsa ini kini mulai memudar, contoh kecil ketika ada infrastruktur yang rusak seperti jalan, maka masyarakat desa saat ini lebih cenderung menunggu tindakan dari pemerintah setempat ketimbang harus cekatan untuk sama-sama memperbaikinya, padahal mayoritas jalan di pedesaan belumlah teraspal, secara pengerjaan masih tergolong mudah dilakukan walaupun dengan alat sebatas cangkul. Selain itu, persatuan dikalangan para penduduk desa semakin lama juga semakin melemah, misalnya ketika momen peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang belum lama ini dilaksanakan, saya yakin persentase masyarakat desa yang mau mengibarkan bendera merah putih di depan rumah mereka tidak jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak mengibarkan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang begitu semarak ketika momen itu datang, perlahan demi perlahan keacuhan itu mulai mengikis karakter dari struktur masyarakat desa.  
Lantas muncul pertanyaan, apa gerangan yang menjadi penyebab terciptanya potret yang demikian?? Jawabnya adalah :
pertama, karena adanya serangan dari kaum kapitalis dan liberal yang ingin memporak-porandakan kesatuan dan persatuan NKRI dengan maksud agar mereka bisa menguasai negeri ini, dengan cara-cara yang halus. Langkah-langkah mereka yang paling menonjol adalah dengan menguasai media-media massa, dan mengemas budaya-budaya yang notebene sangat jauh dari karakter bangsa ini dan itu semua dilesakan kedalam rumah-rumah kita dengan penuh keterang-terangan, seperti televisi. Bila tidak jeli dalam memilih program acara maka kita akan tercekoki dengan hal-hal yang tidak keindonesiaan.
Kedua, terjadinya Reuralisasi yaitu kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah pedesaan. hal ini juga dapat menyumbangkan virus-virus individualisme bagi masyarakat desa, terlebih lagi buat mereka yang belum pernah sama sekali menjadi pelaku urbanisasi. Masyarakat desa yang menjadi pelaku urbanisasi, dan menetap cukup lama di kota secara otomatis mereka akan memiliki gaya hidup ala masyarakat kota, seperti individualisme, walaupun tidak keseluruhan. Dan ketika mereka kembali lagi ke desa (Reuralisasi), maka gaya hidup itu akan terlihat oleh masyarakat desa dan besar kemungkinan untuk di tiru oleh masyarakat desa lainnya.    
#Jika realitasnya didesa sudah demikian, bagaimana diperkotaan?? Bisa anda bayangkan sendiri.
Mendesak kiranya bagi bangsa ini untuk revitalisasi kehidupan masyarakatnya, dan kembali kepada karakter yang sebelumnya, yakni Religius, persatuan dan kesatuan yang kuat, semangat gotong royong, tenggang rasa, penuh sopan santun, ramah tamah, dan tegas terhadap sesuatu hal yang berbau penjajahan.

(Mahasiswa Jurusan Planologi, Fakultas Teknik UIR)
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger