Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


FAKTOR UTAMA PENYEBAB KEMISKINAN DI INDONESIA

Senin, 06 Agustus 20120 komentar


Oleh : Setiyono


Dalam lamunan menjelang istirahat tadi malam, terlintas satu pertanyaan yang diajukan oleh fikiran saya, “kenapa banyak orang yang hidup dalam kondisi minus financial sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sifatnya masih primer saja cenderung tidak terpenuhi, padahal mereka hidup ditengah euforia para elite pemerintah dan ditengah negeri subur yang gemah ripah loh jinawi?” setelah mengikuti Dinamika dalam pemikiran saya, dan saya putar ulang disiplin informasi yang saya dapat dari berbagai sumber pemberitaan dan buku-buku yang pernah saya baca, akhirnya jawaban atas kegundahan saya ini tertemukan, yakni salah satu factor utama “diluar kemalasan diri”, bahwa penyebab kenapa kondisi kehidupan masyarakat yang seperti itu bisa terjadi ialah dikarenakan tidak diterapkannya Al-Qur’an dan Hadist sebagai referensi utama dalam kehidupan bernegara. Lebih bangga sepertinya negeri kita ini menerapkan sistem kolonialisme dan imperialisme ketimbang menerapkan Al-Qur’an dan hadist, padahal telah jelas kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem yang keblinger tersebut. Tapi semua peristiwa yang menimpa negeri ini tak kunjung jua membangkitkan kesadaran para penentu kebijakan untuk memasukan ke recycle bin semua sistem yang sudah memporak-porandakan kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Haruskah kita menanti azab dari Alloh swt dihari selanjutnya, azab yang jauh lebih besar dari yang sudah pernah dilimpahkan, baru kita akan menyadari akan pentingnya untuk menjadikan Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.     
Memang negeri kita ini hampir 80% adalah berpenduduk muslim, dan pejabat-pejabat juga mayoritas muslim, tapi pemahaman akan ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Qur’an dan pesan-pesan kehidupan yang terdapat didalam Hadist Rasululloh saw, cenderung mengerti namun hanya segelintir yang mau mengaplikasikan, baik itu rakyat atau pun ditataran para pejabatnya. Dengan potret demikian maka kesejahteraan hidup dinegeri yang mayoritas beragama islam ini mustahil untuk bisa sama-sama dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, sebelum masing-masing dari kita menyadari dan memahami betul akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang manusia, yakni “tidak diciptakannya jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Ku”, itu kata Alloh. Lantas timbul pertanyaan, kenapa harus dikaitkan antara tujuan utama diciptakannya manusia dengan kondisi kesulitan financial yang mendera sebagian orang yang hidup dinegeri ini? jawabnya adalah, karena apabila masing-masing kita telah jauh lebih banyak yang memahami dan menyadari serta benar-benar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai manusia, dibanding dengan yang tidak. Maka, kemiskinan, kelaparan, kriminalitas, kesenjangan sosial, dan hal-hal negatif lainnya akan sulit untuk didapati dalam kehidupan bangsa ini. karena akan dipastikan para manusia-manusia dengan jumlah yang lebih besar yang sudah faham akan tugas kehidupannya yakni beribadah tadi, ketimbang yang tidak faham, dari tangan-tangan mereka inilah yang akan bersukarela untuk terus dan terus meringankan beban kehidupan manusia yang sedang dalam kondisi kesulitan dari sisi financial tadi misalnya, ataupun kesulitan-kesulitan dalam wajah yang lain. Karena mampu meringankan beban manusia itu adalah bagian dari beribadah kepada Alloh swt.
Indah nuansa kehidupan ini ketika Al-Qur’an dan Hadist benar-benar dijadikan sebagai konsep hidup dalam semua lini kehidupan kita. Apapun yang berkaitan dengan kehidupan ini, sebenarnya semua telah ditunjukan oleh Alloh dalam Al-Qur’an, dan dijelaskan didalam Hadist Rasululloh saw. Namun redaksinya saja yang tidak begitu sama persis dengan realitas yang ada, tapi esensinya tetap sama. Itulah gunanya kita dikarunia akal oleh Alloh swt, dengan maksud untuk bisa memaknai yang tersirat dari yang sudah tersurat. As-syahid Sayyid Quthb dalam pesannya yang tertuang didalam buku dengan judul “aku wariskan untuk kalian” (fikih pergerakan sayyid quthb). Mengatakan, sesungguhnya agama ini adalah suatu manhaj bagi kehidupan manusia, realisasinya dalam kehidupan manusia hanya akan terwujud dengan usaha manusia, dan dalam batasan-batasan kemampuan manusia. Sangat mulia apabila seorang manusia selalu terhujam dihatinya untuk mulai terus berkomitmen berjuang meringankan beban manusia yang lainnya, karena berawal dari komitmen itulah maka kita telah termasuk kedalam golongan orang-orang yang telah berusaha merealisasikan agama sebagai manhaj bagi kehidupan didunia ini.   
(Mahasiswa Perencanaan wilayah dan kota, Fakultas Teknik, UIR)
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger