Oleh
: Setiyono
Mahatma
Gandhi seorang Revolusioner India pernah berujar, “Bumi ini cukup untuk 7
generasi, namun tidak cukup untuk 7 orang yang serakah”. benar, orang-orang
serakah yang ada di bumi ini memang tidak akan pernah cukup walaupun seluruh isi
bumi ini diberikan untuknya, dia akan terus berkeinginan memiliki yang jauh
lebih banyak dari hal yang sudah ia miliki, walaupun harus mengorbankan hajat
hidup orang banyak. selagi nafas masih ada, mereka akan terus mengejar segala
kenikmatan duniawi, dan mereka senantiasa lupa bahwa kehidupannya didunia hanya
sebentar, hati mereka telah tertutup dengan keserakahan, mereka hanya
menjadikan akal sebagai Tuhan mereka, orang-orang seperti ini hanya akan
berhenti bila raga sudah terbujur kaku, dibungkus kain, dan dipendam kedalam
tanah lantas dibiarkan hingga membusuk dikerumuni belatung.
Apa
yang dikatakan oleh mahatma Gandhi, seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan
refleksi oleh para elite penguasa di negeri ini. sehingga mereka tidak lagi
kehilangan sense of crisis (kepekaan terhadap suasana) ketika merumuskan dan membuat
kebijakan. Yang akan berdampak terhadap kehidupan rakyat Indonesia. Namun sangat
disayangkan, para elite penguasa dinegeri ini mayoritas telah kehilangan sense
of crisis itu, mereka hanya akan memilikinya ketika ada bencana alam yang
merenggut banyak korban jiwa, barulah mereka menampakan kepekaan itu dengan
langsung turun dari singasana mereka, itupun nyaris tak pernah luput dari
pencitraan politik belaka, saya yakin hanya segelintir yang benar-benar tulus
ikhlas. Alasan mengapa saya mengatakan hal demikian terhadap pemerintah, adalah
dikarenakan banyaknya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak tidak pro
rakyat. Contoh, kebijakan tentang subsidi BBM yang telah mengkisruhkan negeri
ini beberapa pekan yang lalu serta masih menjadi ancaman bagi rakyat dibulan
yang akan datang, dan yang masih hangat saat ini ialah kebijakan tentang
suntikan dana untuk IMF, yang sudah sedikit diulas dalam tulisan saya
sebelumnya.
Tadi
malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Saya memilih channel metro tv untuk saya
jadikan sebagai referensi informasi mengenai hal terbaru yang sedang terjadi
dinegeri ini, dan saya lihat di metro tv sedang menayangkan acara yang membahas
tentang lembaga survey dalam sorotan, kebetulan saya lupa apa nama program acaranya.
Namun yang ingin saya tuliskan disini bukan kesimpulan dari pembahasan mengenai
lembaga survey tersebut, melainkan tentang running teks yang dituliskan oleh
tim metro tv ketika acara itu berlangsung, cukup memikat perhatian saya ketika
dirunning teks tersebut tertulis “UNICEF telah meriliskan bahwa 5 anak yang
berdomisili di aceh positif gizi buruk”. Sesak dada saya ketika membaca running
teks itu. Betapa tidak, baru beberapa hari yang lalu pemerintah RI telah
mengatakan bahwa kondisi ekonomi negeri ini sedang berada diatas angin,
sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Menteri kordinator perekonomian, Hatta
radjasa dalam wawancara oleh beberapa media ketika ada wacana pemerintah RI
hendak memberikan suntikan dana kepada IMF (baca : tulisan saya 17 juli 2012,
jebakan IMF dan pengkhianat Negara). Terlepas data itu valid atau tidak saya
tidak bisa memastikan, karena ketika saya searching di internet saya tidak
menemukan berita itu. Namun saya menemukan berita yang masih berkaitan dengan
masalah gizi buruk yakni adanya 9 balita yang menderita gizi buruk di kota
pekalongan (dilansir seputarinformasipekalongan.com Rabu, 18 juli 2012). Dan selanjutnya saya
menemukan berita yang dilansir oleh Kompas.com Jumat, 13 Juli
2012, 18:00 WIB yang memberitakan bahwa kasus gizi buruk di Kendal meningkat. Walaupun
ada orang beranggapan bahwa gizi buruk bisa terjadi dikarenakan kemalasan ibu
dalam menyuapi anaknya, namun saya tetap beranggapan bahwa gizi buruk terjadi
dikarenakan peran pemerintah dalam memberikan jaminan keamanan financial kepada
rakyat cenderung lemah. Sehingga membuat para orang tua kesulitan dalam
memberikan asupan makanan yang bergizi untuk anaknya. Kasus tentang gizi buruk
merupakan contoh kecil dari bukti kekritisan ekonomi negeri ini, masih banyak
kasus-kasus yang lain yang melengkapi potret buruk penderitaan rakyat akibat
kesulitan dari sisi ekonomi. Tapi kenapa pemerintah dengan lantangnya
mengatakan bahwa ekonomi negeri ini sedang berada diatas angin? Jawabannya adalah
karena pemerintah tidak pernah menjadikan kondisi ekonomi rakyat sebagai tolak
ukur keberhasilan ekonomi nasional. Pemerintah tidak pernah membangun ekonomi
bangsa melalui ekonomi kerakyatan (ekonomi yang menjadikan rakyat sebagai tuan
rumah dinegeri sendiri), pemerintah cenderung mengagung-agungkan system ekonomi
liberal dibanding ekonomi yang berbasis kerakyatan. Hal ini dikarenakan para
pemangku kepentingan tersebut tidak memiliki kesadaran, semangat persatuan,
kemauan, dan komitmen untuk menerapkan sistem ekonomi kerakyatan. Sehingga pihak
asing bisa dengan mudah memasukan semua kepentingannya untuk menguasai pasar
ekonomi Indonesia.
Didalam Undang
Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya suatu Negara adalah
untuk melindungi segenar tanah air dan memajukan kesejahteraan umum,
direferensi apapun bila kita buka undang-undang pasti maksudnya demikian. Terkait
dengan masalah ekonomi kerakyatan, didalam undang-undang tersebut telah dibahas
dalam pasal 3, yang terbagi menjadi 3 ayat yang intinya adalah, ayat 1
menjelaskan tentang azas dari ekonomi kerakyatan ini ialah menganut azas kekeluargaan.
Ayat 2 menjelaskan penguasaan terhadap cabang-cabang produksi oleh Negara. Dan
ayat 3 menerangkan tentang segala kekayaan Negara dikuasai oleh Negara dan
sepenuhnya diperuntukan untuk kemakmuran rakyat. Seharusnya bila memang Negara ini
telah menjadikan Undang-undang dasar sebagai landasan konstitusi utama maka
ekonomi berbasis kerakyatan mutlak untuk dilaksanakan. Tapi pada kenyataan
pemerintah Indonesia saat ini telah mengabaikan hal itu, undang-undang hanya
tinggal undang-undang, kepentingan pribadi, dan kepentingan kelompok jauh lebih
diutamakan ketimbang kepentingan yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia
seluruhnya.
Dari
tulisan ini, saya mengajak kepada seluruh pembaca yang berada disegala penjuru
tanah air untuk menyuarakan kepada pemerintah agar bangun dari keterlenaan
sesaat yang dinikmati saat ini, pikirkanlah nasib generasi bangsa dimasa depan,
segera jadikan sistem ekonomi kerakyatan sebagai pondasi utama ekonomi bangsa. Dan
pemerintah harus memiliki keberanian untuk mendesak kolonialisme yang menjajah
ekonomi negeri ini untuk segera angkat kaki dan mengembalikan segala aset bangsa
yang telah dirampas melalui cara-cara politik mereka. Sehingga dengan demikian
maka cita-cita bangsa ini yakni memberikan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan
segera terwujudkan.!!!
By
Setiyono
Mahasiswa
jurusan Planologi fakultas teknik Universitas Islam Riau.
Posting Komentar