Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


JERIT TANGIS RAKYAT DITENGAH EUFORIA PEMERINTAH

Rabu, 18 Juli 20120 komentar


Oleh : Setiyono

Mahatma Gandhi seorang Revolusioner India pernah berujar, “Bumi ini cukup untuk 7 generasi, namun tidak cukup untuk 7 orang yang serakah”. benar, orang-orang serakah yang ada di bumi ini memang tidak akan pernah cukup walaupun seluruh isi bumi ini diberikan untuknya, dia akan terus berkeinginan memiliki yang jauh lebih banyak dari hal yang sudah ia miliki, walaupun harus mengorbankan hajat hidup orang banyak. selagi nafas masih ada, mereka akan terus mengejar segala kenikmatan duniawi, dan mereka senantiasa lupa bahwa kehidupannya didunia hanya sebentar, hati mereka telah tertutup dengan keserakahan, mereka hanya menjadikan akal sebagai Tuhan mereka, orang-orang seperti ini hanya akan berhenti bila raga sudah terbujur kaku, dibungkus kain, dan dipendam kedalam tanah lantas dibiarkan hingga membusuk dikerumuni belatung.
Apa yang dikatakan oleh mahatma Gandhi, seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan refleksi oleh para elite penguasa di negeri ini. sehingga mereka tidak lagi kehilangan sense of crisis (kepekaan terhadap suasana) ketika merumuskan dan membuat kebijakan. Yang akan berdampak terhadap kehidupan rakyat Indonesia. Namun sangat disayangkan, para elite penguasa dinegeri ini mayoritas telah kehilangan sense of crisis itu, mereka hanya akan memilikinya ketika ada bencana alam yang merenggut banyak korban jiwa, barulah mereka menampakan kepekaan itu dengan langsung turun dari singasana mereka, itupun nyaris tak pernah luput dari pencitraan politik belaka, saya yakin hanya segelintir yang benar-benar tulus ikhlas. Alasan mengapa saya mengatakan hal demikian terhadap pemerintah, adalah dikarenakan banyaknya kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak tidak pro rakyat. Contoh, kebijakan tentang subsidi BBM yang telah mengkisruhkan negeri ini beberapa pekan yang lalu serta masih menjadi ancaman bagi rakyat dibulan yang akan datang, dan yang masih hangat saat ini ialah kebijakan tentang suntikan dana untuk IMF, yang sudah sedikit diulas dalam tulisan saya sebelumnya.
Tadi malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Saya memilih channel metro tv untuk saya jadikan sebagai referensi informasi mengenai hal terbaru yang sedang terjadi dinegeri ini, dan saya lihat di metro tv sedang menayangkan acara yang membahas tentang lembaga survey dalam sorotan, kebetulan saya lupa apa nama program acaranya. Namun yang ingin saya tuliskan disini bukan kesimpulan dari pembahasan mengenai lembaga survey tersebut, melainkan tentang running teks yang dituliskan oleh tim metro tv ketika acara itu berlangsung, cukup memikat perhatian saya ketika dirunning teks tersebut tertulis “UNICEF telah meriliskan bahwa 5 anak yang berdomisili di aceh positif gizi buruk”. Sesak dada saya ketika membaca running teks itu. Betapa tidak, baru beberapa hari yang lalu pemerintah RI telah mengatakan bahwa kondisi ekonomi negeri ini sedang berada diatas angin, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Menteri kordinator perekonomian, Hatta radjasa dalam wawancara oleh beberapa media ketika ada wacana pemerintah RI hendak memberikan suntikan dana kepada IMF (baca : tulisan saya 17 juli 2012, jebakan IMF dan pengkhianat Negara). Terlepas data itu valid atau tidak saya tidak bisa memastikan, karena ketika saya searching di internet saya tidak menemukan berita itu. Namun saya menemukan berita yang masih berkaitan dengan masalah gizi buruk yakni adanya 9 balita yang menderita gizi buruk di kota pekalongan (dilansir seputarinformasipekalongan.com  Rabu, 18 juli 2012). Dan selanjutnya saya menemukan berita yang dilansir oleh Kompas.com  Jumat, 13 Juli 2012, 18:00 WIB yang memberitakan bahwa kasus gizi buruk di Kendal meningkat. Walaupun ada orang beranggapan bahwa gizi buruk bisa terjadi dikarenakan kemalasan ibu dalam menyuapi anaknya, namun saya tetap beranggapan bahwa gizi buruk terjadi dikarenakan peran pemerintah dalam memberikan jaminan keamanan financial kepada rakyat cenderung lemah. Sehingga membuat para orang tua kesulitan dalam memberikan asupan makanan yang bergizi untuk anaknya. Kasus tentang gizi buruk merupakan contoh kecil dari bukti kekritisan ekonomi negeri ini, masih banyak kasus-kasus yang lain yang melengkapi potret buruk penderitaan rakyat akibat kesulitan dari sisi ekonomi. Tapi kenapa pemerintah dengan lantangnya mengatakan bahwa ekonomi negeri ini sedang berada diatas angin? Jawabannya adalah karena pemerintah tidak pernah menjadikan kondisi ekonomi rakyat sebagai tolak ukur keberhasilan ekonomi nasional. Pemerintah tidak pernah membangun ekonomi bangsa melalui ekonomi kerakyatan (ekonomi yang menjadikan rakyat sebagai tuan rumah dinegeri sendiri), pemerintah cenderung mengagung-agungkan system ekonomi liberal dibanding ekonomi yang berbasis kerakyatan. Hal ini dikarenakan para pemangku kepentingan tersebut tidak memiliki kesadaran, semangat persatuan, kemauan, dan komitmen untuk menerapkan sistem ekonomi kerakyatan. Sehingga pihak asing bisa dengan mudah memasukan semua kepentingannya untuk menguasai pasar ekonomi Indonesia.
Didalam Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya suatu Negara adalah untuk melindungi segenar tanah air dan memajukan kesejahteraan umum, direferensi apapun bila kita buka undang-undang pasti maksudnya demikian. Terkait dengan masalah ekonomi kerakyatan, didalam undang-undang tersebut telah dibahas dalam pasal 3, yang terbagi menjadi 3 ayat yang intinya adalah, ayat 1 menjelaskan tentang azas dari ekonomi kerakyatan ini ialah menganut azas kekeluargaan. Ayat 2 menjelaskan penguasaan terhadap cabang-cabang produksi oleh Negara. Dan ayat 3 menerangkan tentang segala kekayaan Negara dikuasai oleh Negara dan sepenuhnya diperuntukan untuk kemakmuran rakyat. Seharusnya bila memang Negara ini telah menjadikan Undang-undang dasar sebagai landasan konstitusi utama maka ekonomi berbasis kerakyatan mutlak untuk dilaksanakan. Tapi pada kenyataan pemerintah Indonesia saat ini telah mengabaikan hal itu, undang-undang hanya tinggal undang-undang, kepentingan pribadi, dan kepentingan kelompok jauh lebih diutamakan ketimbang kepentingan yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia seluruhnya.
Dari tulisan ini, saya mengajak kepada seluruh pembaca yang berada disegala penjuru tanah air untuk menyuarakan kepada pemerintah agar bangun dari keterlenaan sesaat yang dinikmati saat ini, pikirkanlah nasib generasi bangsa dimasa depan, segera jadikan sistem ekonomi kerakyatan sebagai pondasi utama ekonomi bangsa. Dan pemerintah harus memiliki keberanian untuk mendesak kolonialisme yang menjajah ekonomi negeri ini untuk segera angkat kaki dan mengembalikan segala aset bangsa yang telah dirampas melalui cara-cara politik mereka. Sehingga dengan demikian maka cita-cita bangsa ini yakni memberikan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan segera terwujudkan.!!!
By Setiyono
Mahasiswa jurusan Planologi fakultas teknik Universitas Islam Riau.

Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger