Oleh : Setiyono
Alkisah,
hiduplah sepasang suami istri yang baru 1 tahun menikah. Diawal-awal
pernikahan, mereka sangat bahagia. Namun ketika usia pernikahan sudah masuk
bulan yang ke enam, mulailah muncul konflik-konflik kecil yang mengurangi
keharmonisan keluarga itu. Konflik ini bersumber dari sifat si istri yang
menurut suaminya sangat cerewet sekali, setiap kali suami hendak berangkat
kerja atau setelah pulang kerja selalu saja mendapat omelan dari sang istri, entah
itu soal sepatu yang tak rapi menyusunnya, baju yang tak digantung, dan tubuh
yang berkeringat. Tapi sang suami cukup sabar menghadapi istrinya, dan
pelan-pelan ia rubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak disukai oleh istrinya
tersebut. Karena dia tahu bahwa dalam pernikahan itu pasti akan ada macam-macam
konflik yang akan dihadapi. Ibarat samudera, dipantai ombaknya selalu terlihat
indah dan menarik, namun semakin ketengah maka ombaknya semakin besar dan
membahayakan.
Tapi
ternyata, kesabaran suami tidak dimengerti oleh sang istri. Selalu saja ada hal
yang dipermasalahkan oleh istri terkait dengan kondisi suaminya, hingga suatu ketika
memasuki bulan yang ke sepuluh sang suami pun tidak sanggup lagi menahan sifat
istrinya yang sangat cerewet itu.
Terjadilah pertengkaran hebat, istri tidak mau mengalah dan suami juga demikian. Sampai akhirnya si istri pun menangis tersedu-sedu, tapi tetap saja berbicara kepada suaminya yang berada dipuncak kemarahan tersebut. Melihat air mata dari sang istri, maka suami pun tersentuh hatinya dan mulai surut emosinya. Ia ingat bahwa pernikahannya bukan ajang untuk bertengkar, melainkan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, sehingga bisa meraih kebahagiaan bersama baik hidup didunia ataupun diakhirat kelak. Akhirnya didekati istrinya tersebut, diusap air mata yang menetes dipipi dan ia mengucapkan maaf dan sayang kepada istrinya. Melihat sikap suami demikian, maka istri pun berhenti menangis lalu tersenyum dan mengucapkan hal yang sama seperti yang diucapkan oleh suami.
Terjadilah pertengkaran hebat, istri tidak mau mengalah dan suami juga demikian. Sampai akhirnya si istri pun menangis tersedu-sedu, tapi tetap saja berbicara kepada suaminya yang berada dipuncak kemarahan tersebut. Melihat air mata dari sang istri, maka suami pun tersentuh hatinya dan mulai surut emosinya. Ia ingat bahwa pernikahannya bukan ajang untuk bertengkar, melainkan untuk saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya, sehingga bisa meraih kebahagiaan bersama baik hidup didunia ataupun diakhirat kelak. Akhirnya didekati istrinya tersebut, diusap air mata yang menetes dipipi dan ia mengucapkan maaf dan sayang kepada istrinya. Melihat sikap suami demikian, maka istri pun berhenti menangis lalu tersenyum dan mengucapkan hal yang sama seperti yang diucapkan oleh suami.
Kehidupan
mereka kembali harmonis, namun yang namanya bahtera sedang berlayar pasti tidak
akan sekali dua kali diterpa badai, melainkan berkali-kali akan diterpa badai,
karena memang begitulah yang Maha Kuasa menguji hambaNya. Satu bulan kemudian, tiba-tiba sifat si Istri
kambuh lagi tetap tidak bisa berubah, menurut sang suami kecerewetannya semakin
luar biasa, sehingga membuatnya selalu kesal setiap kali ada dirumah bersama
istrinya. Tak lama kemudian, terulanglah pertengkaran itu dan jauh lebih
dahsyat dari sebelumnya, sampai pada akhirnya suami pergi dari rumah dan
mencari psikolog untuk menceritakan keluhannya terhadap sang istri. Bertemulah ia
dengan seorang psikolog, ia bercerita dan sang psikologpun memberikan dua
solusi yang bisa dilakukan oleh suami tersebut kepada istrinya agar sifat
cerewetnya bisa hilang. Solusi pertama
adalah ia disuruh diam saja selama tiga hari, apapun yang akan dikatakan oleh
istrinya ia tetap harus diam. Dan solusi kedua,
bila istrinya tak kunjung berubah maka ia dianjurkan untuk mengikat istrinya dan
memasukannya kedalam sumur tua yang gelap, dalam, dan banyak hantunya. Dengan maksud
agar memberi efek jera kepada sang istri.
Setelah
itu pulanglah ia kerumah, ia lakukan apa yang dikatakan oleh psikolog tadi,
mulai dari yang pertama. Namun setelah tiga hari ia mendiamkan istrinya,
ternyata tak juga mengurangi kecerewetan sang istri, malah semakin menjadi-jadi.
Lantas dengan geram ditangkaplah istrinya itu dan diikat tangan dan kakinya
dengan kain yang sangat kuat, sesuai dengan yang dikatakan oleh psikolog tadi. Melihat dirinya diperlakukan demikian, si
istri pun semakin dahsyat mengomeli sang suami, lantas suami menjawab “ini
merupakan solusi yang diajarkan oleh psikolog yang aku temui tiga hari yang
lalu, demi merubah sifat cerewet mu yang dapat mengancam keberlangsungan
pernikahan kita, aku akan memasukan mu kedalam sumur tua yang kebetulan ada
disebelah rumah, sumur itu sangat dalam, gelap dan penuh dengan hantu”. Istrinya
pun semakin terkejut dan menangis, tapi tetap saja omelan kepada suaminya tak
dihentikan. Akhirnya dengan mantab sang suami membawa istrinya itu mendekat
kesumur tua yang ada disebelah rumah, ia ikat lagi istrinya dengan kain yang panjang,
dan perlahan-lahan ia pun memasukan sang istri ke dalam sumur tua yang penuh
hantu itu tapi tidak berisi air. Setelah satu jam istrinya berada didalam sumur,
sang suamipun mulai mencemaskan kondisi istrinya, dan ia juga secara tiba-tiba
merasa kesepian karena tidak mendengar ocehan istrinya yang sebenarnya sangat
ia cintai itu. Namun karena sang suami masih tetap ingin istrinya berubah, maka
dibiarkanlah istrinya berada didalam sumur, dua jam kemudian barulah rasa cemas
akan kondisi istrinya dan juga rasa kesepian yang mendera hati sang suami tak
bisa dibendung lagi. Akhirnya ia putuskan untuk menarik istrinya keatas,
perlahan-lahan ia tarik, tapi ada yang beda sepertinya, yakni dari sisi
beratnya yang jauh lebih berat ketimbang berat istrinya ketika awal pertama
kali ia angkat dan hendak dimasukan ke dalam sumur. Ia juga memanggil-manggil
istrinya, namun si istri tidak menjawab. Munculah kecemasan yang sangat luar
biasa dalam dirinya, ia terus tarik kain yang semakin berat itu, dan ia juga
terus panggil istrinya namun tak kunjung ada jawaban. Tak berapa lama kemudian,
sudah semakin dekatlah kain yang ditariknya, dan alangkah terkejutnya ia ketika
sudah sampai diatas sumur yang tertarik bukanlah sang istri, melainkan sekumpulan
hantu-hantu yang bergelantungan dikain tersebut, sembari hantu-hantu itu
berkata “hadyehhhhhh........kami tidak tahan lagi didalam sumur ini, karena ada
wanita yang sangat-sangat cerewet sekali.. !!!!!”.
#Hikmah
Terkadang
kita sering lupa untuk mensyukuri hal yang sudah kita miliki saat ini, sehingga
tak jarang membuat hati kita resah dan penuh gelisah. Kita cenderung lupa untuk
menyadari bahwa apapun yang kita miliki sebenarnya adalah anugerah yang sangat
luar biasa dari Allah swt. Sebagaimana firmanNya “Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim : 7).
Salam Indonesia.
Sumber : 1. Al Qur’an
2. Prof. Djamaludin Ancok, Inspiration.
#Sang
Pembelajar#
Posting Komentar