Oleh : Setiyono
Seseorang
akan menjadi gagal lalu tertinggal atau berkembang lalu menjadi pemenang
tergantung dari keputusan yang diambilnya ketika masih menjadi pemuda. Pemuda
selalu rentan dengan kebimbangan, pemuda selalu rentan dengan kemudahan untuk
terdoktrinasi dengan berbagai paham, bila tidak diseimbangi dengan kekokohan
keyakinan terhadap Islam, maka akan banyak ditemukan pemuda yang terjebak
kedalam tindakan-tindakan yang cenderung menguntungkan satu orang namun menyengsarakan
banyak orang.
Penting
bagi pemuda untuk bijak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
keberlangsungan hidupnya, harus penuh dengan kehati-hatian dan melalui
pertimbangan yang benar-benar matang, agar kegagalan dalam menjalani kehidupan
tidak menyesaki masa depan, yakni masa depan ketika berada di akhirat tanpa ada
negosiasi untuk menentukan pilihan surga atau neraka, karena semuanya sudah
mutlak ditentukan olehnya ketika menjalani hidup didunia. Sebagaimana Allah swt
telah mengajarkan pentingnya untuk bijak dalam mengambil keputusan ketika hendak
mengharamkan khamar “Mereka menanyakan
kepada mu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, pada keduanya
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih
besar dari pada manfaatnya. Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang
(harus) mereka infakan. Katakanlah, kelebihan (dari apa yang diperlukan).
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada mu agar kamu memikirkan”(Al
baqarah : 219). Terkait dengan hal pengharaman khamar ini, Allah swt tidak
langsung mengharamkan, melainkan melalui sebuah pesan bijak yang
berangsur-angsur diturunkan melalui ayat-ayatNya. Dan didalam ayat tersebut
khamar awalnya dihalalkan namun selanjutnya dijelaskan bahwa itu haram karena
banyak kemudhorotannya bagi manusia. Alasannya kenapa tidak secara langsung
ialah dikarenakan saat itu khamar merupakan minuman yang paling digemari oleh
penduduk arab.
Begitulah
Allah mengajari kita untuk bijak dalam mengambil setiap keputusan dalam hidup
ini, tidak perlu harus tergesa-gesa apa lagi hanya mengedepankan kesenangan
semu atas doktrinasi orang lain yang memiliki kepentingan terhadap diri kita,
tapi berusahalah untuk menjadikan Islam sebagai landasan dalam setiap keputusan
yang akan kita ambil.
Selanjutnya,
ketika kita sudah memiliki keputusan maka milikilah tekad baja untuk
konsistensi terhadap keputusan itu. Kenapa harus bertekad baja? Karena dengan
adanya tekad baja membuat Gajah Mada mampu menyatukan nusantara, karena adanya
tekad baja membuat Soekarno bisa menjadi pemimpin revolusioner negeri ini,
karena adanya tekad baja membuat Hasan Al Banna menjadi pencetus sekaligus
pemimpin Ikhwanul Muslimin pertama, dan karena adanya tekad baja dari
Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya membuat Islam bisa berkembang keseantero
dunia.
#Kisah Inspiratif
Diantara
kita pasti banyak yang tahu armada Taksi “Blue Bird” yang berseliweran
dibeberapa kota besar yang ada di Indonesia. Dan kita juga pasti mengatakan
bahwa pemilik taksi blue bird orangnya sukses luar biasa. Tapi saya yakin hanya
sedikit yang tahu bagaimana kisah perjuangan dari pemiliknya untuk mendirikan
perusahaan taksi blue bird tersebut hingga menjadi sangat sukses seperti yang
kita lihat saat ini. Demikian kisah singkatnya,
“Pendiri
taksi blue bird itu bernama Mutiara Siti Fatimah Djoekoseotono atau yang
dikenal dengan sebutan Bu Djoko, ia merupakan seorang janda dengan tiga orang
anak (Chandra, Mintarsih, dan Purnomo). Almarhum suaminya bernama Prof.
Djokosoetono, SH. Di usia yang ke 44 tahun, Bu Djoko ditinggal untuk selamanya
oleh sang suami, sehingga ia harus mengurusi ketiga anaknya seorang diri. Walaupun Bu Djoko ditinggal oleh sang suami
dan usianya sudah mencapai 44 tahun, tapi ia tetap yakin bahwa ia sanggup
mengurusi anaknya dan memberikan kehidupan yang baik bagi ketiga anaknya
tersebut. Karena bagi Bu Djoko, tidak ada kata tua untuk merentang harapan.
Keluarga
Bu Djoko tinggal dijalan HOS. Cokroaminoto, No 107 Jakarta. Rumah yang
merupakan pemberian dari pemerintah untuk Pak Djoko karena pekerjaanya sebagai
Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Ketika suaminya masih hidup, kondisi
perekonomian keluarganya biasa-biasa saja, namun pernah suatu ketika mereka
ditimpa kesulitan ekonomi yakni bersamaan dengan ambruknya ekonomi Indonesia
diakhir-akhir tahun 50-an. Serta banyaknya kebutuhan untuk pembiayaan ketiga
anaknya yang sudah bersekolah. Dengan kondisi demikian, gaji suaminya juga
sudah mulai tidak cukup untuk menunjang kebutuhan hidup mereka, maka Bu Djoko
berinisiatif untuk membantu perekonomian keluarga dengan berjualan batik,
jualan batiknya dilakukan dengan door to door, awalnya hasil dari usaha ini cukup
membantu perekonomian keluarganya, namun seiring dengan semakin parahnya
kondisi ekonomi Indonesia membuat banyak orang yang enggan untuk membeli batik
dikarenakan pendapatan mereka semakin menurun sementara kebutuhan hidup
bertambah. Akhirnya Bu Djoko beralih ke usaha berjualan telur, karena
menurutnya usaha telur cukup prospek dan merupakan kebutuhan orang banyak. Usaha
telurnya cukup baik dan berkembang, sehingga kebutuhan keluarga sangat
terbantukan. Namun ketika Bu Djoko sedang asyik-asyiknya berusaha dan menikmati
hasil usahanya, sang suami pun ditarik oleh yang Maha Kuasa. Sehingga ini
membuatnya dirundung kesedihan tapi tidak lama, karena Bu Djoko sadar bahwa ia
tidak boleh terlalu larut dalam kesedihan, melihat anak-anak masih mengharabkan
perjuangannya untuk kelanjutan hidup mereka. Bu Djoko tetap semangat berusaha,
dan selanjutnya keluarga Bu Djoko mendapat hadiah dua mobil sedan bekas dari
pemerintah untuk penghargaan atas jasa-jasa almarhum Pak Djoko dalam bekerja
dipemerintah.
Dengan
naluri bisnis Bu Djoko yang sangat kuat, akhirnya kedua mobil tersebut
dibisniskan olehnya. Awalnya kedua mobil itu dijadikan sebagai taksi gelap dan
peminatnya banyak, jumlah mobilnya juga semakin bertambah, tapi masih tetap
menjadi taksi gelap. Namun pada akhirnya seiring dengan kebutuhan masyarakat
Jakarta yang terus meningkat akan taksi, dan adanya kesempatan yang diberikan
pemerintah Jakarta pada masa Gubernur Ali Sadikin untuk memberikan izin resmi
bagi operasional taksi, maka Bu Djoko pun berjuang untuk mendapatkan izin itu
sehingga nanti taksinya memiliki nama dan lisensi. Pertama kali Bu Djoko datang
ke DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) untuk mengurus izin, Bu Djoko
di tolak oleh orang dinas dengan alasan usahanya belum layak untuk diberi
izin. Namun Bu Djoko tetap tidak
menyerah, ia terus penasaran untuk mendapatkan izin itu dan akhirnya ia
memiliki izin resmi operasional dengan nama taksinya yaitu BLUE BIRD. Dan
sampai saat inilah kita bisa melihat betapa Blue Bird telah meraih kesuksesan
yang begitu gemilang.
#Renungan
Tekad
baja yang lahir dari ketulusan seorang ibu untuk bisa memberikan kehidupan yang
baik bagi ketiga anaknya, telah membuat Bu Djoko meraih kesuksesan yang sangat
luar biasa. Oleh sebab itulah, sebagai seorang pemuda mulailah dari sekarang
untuk memiliki sifat pejuang itu, agar kelak semua keputusan yang telah kita
ambil bisa benar-benar kita wujudkan dalam kehidupan kita, serta bisa
membahagiakan baik ketika kita hidup didunia ataupun diakhirat kelak.
#Tahapan menumbuhkan tekad baja
Posting Komentar