Oleh : Setiyono
Tepat
pada tanggal 5 September 2012, saya diamanahkan oleh temen-temen mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Islam Riau yang tergabung kedalam wadah organisasi
yang bernama Forum Study Islam (FSI), untuk menyampaikan materi terkait dengan
kepemudaan dalam acara mentoring Qur’an akbar (MQ Akbar), yang dipersembahkan
untuk mahasiswa/i baru yang masuk ke Fakultas Teknik UIR. Hal yang paling berkesan ketika saya mengisi
acara tersebut ialah saat saya menanyakan kepada peserta terkait dengan “apa
yang ada dalam fikiran temen-temen ketika mendengar kata Indonesia??” jawaban
bervariasi, tapi nyaris kesemuanya mengarah kepada hal yang buruk. Diantaranya
adalah, Indonesia banyak koruptor, penuh konflik, suap menyuap, krisis moral,
penuh intrik politik, miskin, banyak tak sekolah, dan sering dilanda bencana.
Benar memang, apa yang dijawab oleh mereka karena potret Indonesia saat ini ada
dalam kondisi itu, diberbagai pemberitaan juga tak jarang ditemukan hal yang
demikian, cukup miris dan menyedihkan tapi itulah realitasnya.
Lantas
muncul tanda tanya besar seputar apa yang sebenarnya terjadi dengan Indonesia?
Pertanyaan seperti ini selalu muncul dari nalar kritis manusia, baik itu yang
menjadi warga negara ini ataupun yang tidak. Banyak opsi memang untuk menjawab tergantung
dari perspektif masing-masing, tapi saya yakin opsi yang paling menonjol ialah
karena bangsa ini sudah tidak lagi memiliki karakter, karakter bangsa atau
identitas bangsa ini sudah tergerus oleh budaya-budaya baru yang jauh dari tata
nilai keIndonesiaan. Sehingga wajah Indonesia saat ini begitu menyedihkan. Masyarakatnya
cenderung lemah dalam berjuang untuk mewujudkan harapan, hal ini sangat berbeda
jauh dengan kondisi masyarakat di Korea selatan, mereka ulet, memiliki etos
kerja tinggi, dan menjunjung tinggi kedisiplinan.
Selanjutnya
bagaimana solusi agar kedepan bangsa ini memiliki karakter? Menurut hemat saya
langkah yang paling tepat untuk mewujudkan Indonesia berkarakter adalah dengan mendidik
generasi muda untuk semangat dalam berorganisasi. Caranya? Jadikan organisasi
sebagai study wajib disemua level sekolah, dengan memasukannya kedalam
kurikulum pendidikan di negeri ini. Dan ada konsekuensi serius dari negara bila
ada yang melanggarnya. Tapi ingat, nilai-nilai keislaman juga harus menjadi
ideologi dari organisasi itu, karna walaupun nama organisasi berbeda-beda, tapi
tetap satu bendera yakni Indonesia, dan tujuannya yaitu Allah swt. Pertanyaan selanjutnya,
bagaimana dengan yang bukan muslim?? Harus bisa menyesuaikan, untuk terus
berdampingan.
Dengan
berorganisasi, maka banyak hal positif yang didapatkan oleh generasi muda. Seperti
membangun semangat berkreativitas, memiliki banyak relasi, dan bisa menjaring
berbagai disiplin pemahaman dari orang lain tentunya. Rasulullah saw dalam hal
ini juga sudah menganjurkan “ Apabila
kamu berjalan dua orang maka hendaklah satu orang bertindak sebagai imam”. Dan didalam
Al-Qur’an juga telah diperintahkan kepada manusia untuk berorganisasi, “Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul dan ulil amri
(pemimpin) di antara kamu….. (Annisa:59)”. Yang namanya pemimpin, itu hanya ada
didalam organisasi ataupun kelompok, Jadi tidak ada alasan bagi kita generasi
muda untuk enggan berorganisasi.
#Bagaimana
menjaga komitmen berorganisasi?
Untuk
menjaga komitmen berorganisasi bisa melakukan berbagai cara :
Pertama,
tanamkan niat untuk menuntut ilmu demi memenuhi syariatNya yakni wajib bagi
setiap muslim untuk menuntut ilmu agar terhindar dari pahitnya kebodohan.
Kedua,
teruslah mencoba berbagai hal baru yang memiliki klimaks positif untuk diri
sendiri maupun orang lain. Sehingga dengan melakukan hal ini maka kejenuhan akan
tereliminasi walau tidak menutup kemungkinan untuk kembali lagi, karna
kejenuhan adalah fitrah sifat manusia.
Ketiga,
perbanyak membaca, membaca Al qur’an untuk penguatan ruhiyah agendakan setiap
hari untuk membacanya walau itu hanya 3 atau 10 lembar, serta membaca buku-buku
dan tulisan-tulisan untuk penguatan fikriyah, sebanyak-banyaknya.
Keempat,
banyak mempelajari biografi orang lain yang lebih dulu sukses, dan bertatap
langsung dengannya serta meminta arahan darinya agar kita tetap konsisten untuk
berorganisasi.
Kelima,
biasakan untuk menulis, karena dengan menulis kita akan lebih mudah untuk
mengingat ilmu yang kita ketahui dan positif untuk melatih mensistematikan
butir-butir dari pemikiran kita.
Kelima,
banyak berdiskusi dengan maksud untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang
mendera diri, organisasi, ataupun masyarakat luas.
Dengan
melakukan berbagai cara ini, maka konsistensi kita untuk tetap berada dalam garis
organisasi akan lebih mudah terjaga. Kita merindukan Indonesia kedepan tertata
rapi dan jauh dari kecarut marutan. Dan kita juga merindukan agar generasi muda
yang hidup dinegeri ini mereka benar-benar siap untuk mengangkat harkat dan
martabat bangsa, sehingga potret Indonesia hari ini bisa diganti dengan yang jauh
lebih baik.
Salam
Indonesia.
(Mahasiswa
Jurusan Planologi FT UIR)
Belajar
berorganisasi di KAMMI, dan beberapa pergerakan mahasiswa.
Posting Komentar