Selamat Datang di Website Setiyono

Anda Penjejak Ke:


“KARNA MAHASISWA ADALAH KSATRIA”

Selasa, 18 September 20120 komentar


Oleh : Setiyono
Di dalam renungan malam menjelang istirahat, fikiran saya menerawang jauh untuk memahami akan tugas dan tanggung jawab sebenarnya dari seseorang yang berprediket mahasiswa. Hingga pada akhirnya perenungan berujung kepada kesimpulan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan solusi atas segala permasalahan yang mendera negerinya. Seperti halnya didalam dunia pewayangan, sering kita menemukan tokoh-tokoh tertentu yang dikisahkan telah banyak memberi sumbangsih atas kejayaan suatu kerajaan, dan juga membantu rakyat yang terbelit dengan kesusahan. Contoh, ketika suatu kerajaan telah dikepung oleh pengkhianat kerajaan yang bersekongkol dengan kawanan penjahat sehingga menyebabkan rakyat yang hidup diwilayah kerajaan itu menderita karena kondisi pemerintahan tidak stabil dan mereka dipaksa untuk menyerahkan harta benda, serta siapa yang melawan akan dibunuh oleh pengkhianat dan kawanan penjahat itu, maka didalam dunia pewayangan ketika ada peristiwa seperti ini biasanya akan muncul seorang ksatria yang memiliki ilmu kanuragan dan mengerakan rakyat untuk berani bersama mengempur barisan pengkhianat dan penjahat itu agar rakyat bebas dari penderitaan. Nah,
ketika dunia pewayangan diibaratkan adalah kehidupan nyata saat ini, maka yang tepat untuk mengisi peran ksatria adalah mahasiswa.  
Sebagai mahasiswa kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama seperti layaknya ksatria dalam dunia pewayangan. Dalam tulisan saya sebelumnya (baca : Peran Pemuda), telah saya jelaskan tiga peran penting yang mutlak untuk dilakukan oleh seorang pemuda, yakni sebagai penerus, agent of change, dan iron stock bangsa. Karna bicara mahasiswa selalu identik dengan pemuda maka peran-peran pemuda itu juga merupakan peran mahasiswa. Mutlak bagi kita yang telah menyandang prediket mahasiswa untuk mampu bertindak layaknya seperti ksatria, yang bisa memberi sumbangsih ide, gagasan, ataupun aktivitas yang bisa mencerahkan negerinya ketika disandera berbagai masalah.
Begitu juga dengan para pengkhianat kerajaan,  orang yang tepat untuk menyandang prediket itu adalah mereka yang asyik duduk dipemerintahan baik itu pada level legislatif ataupun eksekutif, yang telah dengan sengaja memanfaatkan posisinya semata-mata untuk memenuhi kepentingan diri, keluarga, dan juga kelompoknya. Tanpa memikirkan nasib rakyat yang mengantungkan banyak harapan kepada mereka. Selanjutnya siapa yang pantas untuk mengisi peran sebagai kawanan penjahat yang telah disekongkoli oleh pengkhianat tadi? Ialah mereka yang bukan penduduk negeri ini tapi telah berhasil menguasai berbagai aset strategis yang ada diwilayah nusantara. Mereka-mereka ini mustahil dapat menguasai aset-aset strategis itu tanpa ada dukungan dari kalangan pengkhianat tadi. Benar apa yang dikatakan oleh pengamat politik J. Kristiadi, bahwa Indonesia sudah menjadi negara mafia. Karna, menurutnya telah banyak kebijakan yang dikeluarkan baik legislatif dan eksekutif hanya untuk kepentingan kelompok dan pribadi.
Dengan realitas demikian, maka tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak sesegera mungkin mengisi peran ksatria dan mengempur barisan pengkhianat dan penjahat itu. Namun penting untuk diingat, dalam mengempur barisan yang cukup massif itu kita tidak akan mampu seorang diri, melainkan kita butuh barisan yang terstruktur dan massif juga. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ali ibn thalib “kebenaran yang tidak  terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir rapi”, hal ini cukup rasional dan patut untuk dibenarkan. Selanjutnya apa yang mesti dijaga ketika kita sudah ada dalam posisi mahasiswa yang sama halnya dengan ksatria? Yang paling penting untuk dijaga adalah idealisme, dan idealisme ini harus tetap dijaga baik ketika kita masih mahasiswa atupun ketika kita sudah tidak lagi mahasiswa tapi tetap berkarya untuk bangsa (Dr. Ir. Anton Apriantono, M.S. menteri pertanian periode 2004-2009).
Muncul pertanyaan apa itu idealisme? Banyak orang dengan perspektif masing-masing mendefinisikan idealisme ini, tapi menurut hemat saya Idealisme adalah pegangan hidup kita yang mampu menjelma menjadi jati diri, dan sebagai umat muslim sudah pasti kita beragama Islam, dan Islam yang kita pegang teguh ajarannya dan kita jadikan sebagai konsep hidup dalam kehidupan kita, maka itulah yang dinamakan idealisme. Tapi perlu diingat juga, satu pesan menarik dari Syaffi’i maarif bahwa “penting bagi kita untuk menjadi orang yang memiliki idealisme tapi bukan musiman”. Maksudnya adalah, idealisme benar-benar menjadi komitmen hidup, tidak mudah goyah untuk berpaling baik itu ketika ujian berat ataupun ringan.
#Menjaga Idealisme
Untuk menjaga idealisme, langkah yang harus kita tempuh adalah dengan bersemangat untuk terus mengali pesan-pesan kearifan yang ada didalam Islam, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas  ibadah kita. Karna omong kosong bila ada seseorang yang berteriak-teriak bahwa ia adalah orang yang memiliki idealisme, tapi ibadahnya lemah seperti sholat lima waktunya jarang-jarang. Galilah terus semua yang terkandung didalam Islam, dan berdoalah kepadaNya agar diberi komitmen untuk mengamalkannya, bila belum juga berkomitmen, maka berdoalah lagi memohon kepadaNya agar komitmen untuk mempelajari Islam secara komprehensif dan mengamalkannya. Bila sudah demikian, maka idealisme itu pasti akan terjaga.
Salam Indonesia.
(Mahasiswa Jurusan planologi FT UIR)
Belajar Berorganisasi di KAMMI, dan beberapa pergerakan mahasiswa.
Silahkan share artikel ini : :

Posting Komentar

 
Web ini dikembangkan oleh PUSAT MULTIMEDIA
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger