Oleh : Setiyono
Di
dalam renungan malam menjelang istirahat, fikiran saya menerawang jauh untuk
memahami akan tugas dan tanggung jawab sebenarnya dari seseorang yang berprediket
mahasiswa. Hingga pada akhirnya perenungan berujung kepada kesimpulan bahwa
mahasiswa adalah seseorang yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
memberikan solusi atas segala permasalahan yang mendera negerinya. Seperti halnya
didalam dunia pewayangan, sering kita menemukan tokoh-tokoh tertentu yang dikisahkan
telah banyak memberi sumbangsih atas kejayaan suatu kerajaan, dan juga membantu
rakyat yang terbelit dengan kesusahan. Contoh, ketika suatu kerajaan telah
dikepung oleh pengkhianat kerajaan yang bersekongkol dengan kawanan penjahat
sehingga menyebabkan rakyat yang hidup diwilayah kerajaan itu menderita karena
kondisi pemerintahan tidak stabil dan mereka dipaksa untuk menyerahkan harta
benda, serta siapa yang melawan akan dibunuh oleh pengkhianat dan kawanan penjahat
itu, maka didalam dunia pewayangan ketika ada peristiwa seperti ini biasanya
akan muncul seorang ksatria yang memiliki ilmu kanuragan dan mengerakan rakyat
untuk berani bersama mengempur barisan pengkhianat dan penjahat itu agar rakyat
bebas dari penderitaan. Nah,
ketika dunia pewayangan diibaratkan adalah kehidupan nyata saat ini, maka yang tepat untuk mengisi peran ksatria adalah mahasiswa.
ketika dunia pewayangan diibaratkan adalah kehidupan nyata saat ini, maka yang tepat untuk mengisi peran ksatria adalah mahasiswa.
Sebagai
mahasiswa kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama seperti layaknya ksatria
dalam dunia pewayangan. Dalam tulisan saya sebelumnya (baca : Peran Pemuda),
telah saya jelaskan tiga peran penting yang mutlak untuk dilakukan oleh seorang
pemuda, yakni sebagai penerus, agent of change, dan iron stock bangsa. Karna bicara
mahasiswa selalu identik dengan pemuda maka peran-peran pemuda itu juga merupakan
peran mahasiswa. Mutlak bagi kita yang telah menyandang prediket mahasiswa
untuk mampu bertindak layaknya seperti ksatria, yang bisa memberi sumbangsih
ide, gagasan, ataupun aktivitas yang bisa mencerahkan negerinya ketika
disandera berbagai masalah.
Begitu
juga dengan para pengkhianat kerajaan, orang yang tepat untuk menyandang prediket itu
adalah mereka yang asyik duduk dipemerintahan baik itu pada level legislatif
ataupun eksekutif, yang telah dengan sengaja memanfaatkan posisinya semata-mata
untuk memenuhi kepentingan diri, keluarga, dan juga kelompoknya. Tanpa memikirkan
nasib rakyat yang mengantungkan banyak harapan kepada mereka. Selanjutnya siapa
yang pantas untuk mengisi peran sebagai kawanan penjahat yang telah
disekongkoli oleh pengkhianat tadi? Ialah mereka yang bukan penduduk negeri ini
tapi telah berhasil menguasai berbagai aset strategis yang ada diwilayah
nusantara. Mereka-mereka ini mustahil dapat menguasai aset-aset strategis itu
tanpa ada dukungan dari kalangan pengkhianat tadi. Benar apa yang dikatakan
oleh pengamat politik J. Kristiadi, bahwa Indonesia sudah menjadi negara mafia.
Karna, menurutnya telah banyak kebijakan yang dikeluarkan
baik legislatif dan eksekutif hanya untuk kepentingan kelompok dan pribadi.
Dengan realitas demikian, maka tidak ada alasan bagi mahasiswa
untuk tidak sesegera mungkin mengisi peran ksatria dan mengempur barisan
pengkhianat dan penjahat itu. Namun penting untuk diingat, dalam mengempur
barisan yang cukup massif itu kita tidak akan mampu seorang diri, melainkan
kita butuh barisan yang terstruktur dan massif juga. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Ali ibn thalib “kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan
yang terorganisir rapi”, hal ini cukup rasional dan patut untuk dibenarkan. Selanjutnya
apa yang mesti dijaga ketika kita sudah ada dalam posisi mahasiswa yang sama
halnya dengan ksatria? Yang paling penting untuk dijaga adalah idealisme, dan
idealisme ini harus tetap dijaga baik ketika kita masih mahasiswa atupun ketika
kita sudah tidak lagi mahasiswa tapi tetap berkarya untuk bangsa (Dr. Ir. Anton
Apriantono, M.S. menteri pertanian periode 2004-2009).
Muncul pertanyaan apa itu idealisme? Banyak orang dengan
perspektif masing-masing mendefinisikan idealisme ini, tapi menurut hemat saya Idealisme
adalah pegangan hidup kita yang mampu menjelma menjadi jati diri, dan sebagai
umat muslim sudah pasti kita beragama Islam, dan Islam yang kita pegang teguh
ajarannya dan kita jadikan sebagai konsep hidup dalam kehidupan kita, maka
itulah yang dinamakan idealisme. Tapi perlu diingat juga, satu pesan menarik
dari Syaffi’i maarif bahwa “penting bagi kita untuk menjadi orang yang memiliki
idealisme tapi bukan musiman”. Maksudnya adalah, idealisme benar-benar menjadi
komitmen hidup, tidak mudah goyah untuk berpaling baik itu ketika ujian berat
ataupun ringan.
#Menjaga Idealisme
Untuk menjaga idealisme, langkah yang harus kita tempuh adalah
dengan bersemangat untuk terus mengali pesan-pesan kearifan yang ada didalam
Islam, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Karna omong kosong bila ada
seseorang yang berteriak-teriak bahwa ia adalah orang yang memiliki idealisme,
tapi ibadahnya lemah seperti sholat lima waktunya jarang-jarang. Galilah terus
semua yang terkandung didalam Islam, dan berdoalah kepadaNya agar diberi
komitmen untuk mengamalkannya, bila belum juga berkomitmen, maka berdoalah lagi
memohon kepadaNya agar komitmen untuk mempelajari Islam secara komprehensif dan
mengamalkannya. Bila sudah demikian, maka idealisme itu pasti akan terjaga.
Salam Indonesia.
(Mahasiswa Jurusan planologi FT UIR)
Belajar Berorganisasi di KAMMI, dan beberapa pergerakan mahasiswa.
Posting Komentar