Oleh : Setiyono
Pernah
suatu ketika Rasulullah SAW, bertanya kepada Harits bin Malik al Anshari r.a. “Harits, bagaimana keadaanmu pagi ini?”.
Harits menjawab, “Pagi ini, aku
betul-betul telah beriman.”
Dan
Rasulullah tidak membiarkan setiap orang berkata terang-terangan seperti itu
tanpa ada bukti. Maka Rasulullah kembali menanyakan, “Harits, coba aku ingin melihat apa yang engkau katakan itu benar? Karena
setiap perkataan itu ada hakikat. Lalu apa bukti dan hakikat keimananmu itu?”.
Dan
Harits pun menjawab dengan mantap, “Diriku
menjauhi dunia. oleh karena itu, aku begadang pada malam hari, sedangkan
siangnya aku berlapar-lapar . Seakan-akan aku melihat Arasy Tuhan demikian
terang. Aku pun seakan-akan melihat ahli surga saling berkunjung, sedangkan
ahli neraka meliuk-liuk kelaparan.” Mendengar jawaban tersebut, maka
Rasulullah pun yakin dan beliau bersabda, “Harits,
sekarang aku baru yakin. Oleh karena itu, pertahankanlah.”
Kemudian
Rasulullah kembali bersabda, “Barang siapa
yang ingin melihat surga maka perhatikanlah Harits.” (HR. Imam Thabrani).
Kisah
ini memberikan penjelasan kepada kita bahwa setiap manusia harus memiliki
tujuan hidup yang jelas, terencana dengan baik dan tidak hanya sebatas
khayalan. Dengan demikian semuanya akan berbuah kebaikan sebagaimana yang telah
didapatkan oleh Harits tadi.
Karena
masalah terbesar umat muslim saat ini adalah, banyak yang memimpikan keberhasilan
hidup didunia dan kebahagiaan hidup akhirat, tapi banyak juga yang lupa untuk
melalui tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mewujudkan keberhasilan dan
kebahagiaan yang diimpikan itu.
Syaikh
Al Ghazali pernah mengatakan, “Manusia
itu ada dua : ada yang tertidur dalam cahaya dan ada pula yang bangun dalam
kegelapan”.
Maksud
dari perkataan beliau ini adalah, banyak manusia yang beragama Islam dan hidup
dinegeri-negeri muslim namun justru mengalami kemunduran dari berbagai sisi
kehidupan, baik lemah secara intelektualitas, kemandirian ekonomi dan lemah
dalam perkembangan teknologi. Sementara
dibelahan bumi yang lain, banyak manusia yang non muslim dan hidup dinegeri
yang notabene mendeklarasikan dirinya bukan negeri muslim (Barat, misalnya),
justru mengalami keberhasilan dalam berbagai bidang yang ada didunia. Walaupun banyak
orang muslim yang tahu bahwa Islam merupakan agama yang sangat benar dan
memberikan pengajaran yang sangat cemerlang, serta bisa menghantarkan seseorang
ataupun sebuah negeri meraih keberhasilan.
Alasan
dari semua perbedaan yang cukup menonjol itu sebenarnya adalah, karena banyak
manusia muslim yang tidak menghargai segala kecemerlangan yang telah diberikan
Allah kepadanya, yang terangkum dalam satu agama yaitu Islam. Sedangkan orang-orang
non muslim yang mengalami keberhasilan tersebut, mereka cenderung mengelola
dengan baik segala hal yang telah mereka ketahui dan mereka miliki, sehingga
berbuah dengan keberhasilan. Padahal semuanya juga dari Allah SWT. Firman Allah
“sesungguhnya Allah tidak mengubah apa
yang ada pada suatu kaum kecuali mereka sendiri mengubah apa yang ada pada
dirinya.” (QS. Al Ra’d, 13).
Oleh
karena itu, menjadi tugas penting yang harus dilakukan oleh setiap pribadi yang
mengaku muslim untuk benar-benar serius menghargai segala kecemerlangan yang
telah diberikan Allah. Menghargai maksudnya disini adalah menjadikan Islam
sebagai konsep dalam kehidupan. Setiap aktivitas yang dilakukan harus sebisa
mungkin berpedoman kepada Islam, tujuan kehidupan baik itu yang sifatnya jangka
pendek, menengah, dan panjang semuanya harus mengacu kepada Islam. Sehingga dengan demikian Allah akan memberikan
keberhasilan. Tapi kita juga harus ingat bahwa keberhasilan bukanlah suatu
berhala yang kita kejar, melainkan yang kita kejar adalah Allah SWT. Bila sudah
demikian, maka keberhasilanpun akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan
yang abadi.
#Salam
Hangat
Sumber :
1. Dr.
Akram Ridha, 2006. “Menjadi Pribadi Sukses”. Bandung : Syamil Cipta Media
2.
Ida Kuraeny, 2003. “Membuat Impian
Menjadi Kenyataan”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Posting Komentar